Selasa, 14 Agustus 2012

A Game

Jun 22, '11 4:44 PM
for everyone
Saya memiliki hobby menonton sebuah acara yang cukup populer di sebuah stasiun televisi swasta. Acara itu berisi kumpulan karakter yang diisolasi lebih dari seratus hari dan sekarang memasuki hari ke tujuh puluh sekian.


Sempat menjadi perbincangan hangat para penghuni yang berada di acara itu dan tentu saja diluar acara itu ketika salah satu karakter yang terkenal labil, (sangat) ceplas-ceplos bicara, suka mengadu domba, ternyata dari sebelum dia masuk telah memalsukan semua dokumen negara, termasuk alamat rumah di KTPnya dan menipu banyak orang di sana dan di sini dan disaksikan oleh berjuta mata di seluruh Indonesia.


Sebelumnya saya juga sangat sebal dan gethem”kecewa luar biasa” sama karakter yang satu itu. Mengingatkan saya pada sebuah kisah yang cukup dramatis tapi sekarang perburuan itu berhenti karena jejaknya menghilang. Kesal saya pada karakter satu itu semakin menjadi karena mulutnya comel sekali. Ketika kemudian dia-si karakter labil di sebuah acara yang cukup popular di sebuah stasiun televisi swasta ini- didiskualifikasi lalu digiring beberapa security keluar rumah dan diserahkan ke kantor polisi, hati saya mencelos. Apakah sungguh masa lalu yang begitu kelam sanggup membuat anak yang usianya masih sangat muda(baik karakter di acara itu maupun karakter diluar sana) mau melakukan apa saja, termasuk menggadaikan agamanya, tidak mengakui lagi keluarga lamanya, mempermainkan perasaan banyak pihak, juga mengaburkan identitasnya demi sesuatu yang hanya dia yang tahu untuk apa semua yang telah dia lakukan selama itu?


Tapi lagi-lagi saya tersadar bahwa saya tidak seharusnya terlalu senang, terlalu sedih,terlalu bahagia, terlalu iba, terlalu marah. Sebelumnya, saya juga telah merelakan sedikit waktu saya untuk mau membaca komentar-komentar di sebuah thread di kaskus yang khusus membahas acara itu (mungkin hari ini sampai ke komentar seribu sekian kali yah). Dari situ saya menyadari banyak hal bahwa :


Senyata-nyatanya kisah yang ditayangkan di televisi, serealita-realitanya kisah yang tertimbul di layar kaca itu, semarah-serumit-semurka apa pun itu, semua itu hanyalah sebuah permainan. Tentang siapa yang dipermainkan, siapa yang mempermainkan, siapa pemain inti, siapa pemain cadangan, siapa..It’s all just a game. Big game. (Sangat mungkin sekali) juga begitu dengan dunia maya ini.


Dan untuk itu maka saya akan belajar untuk hanya menikmatinya saja, belajar lebih pandai memilih acara agar tidak terpilih menjadi yang dipermainkan.


*tapi ternyata susah juga ya*


*deuh…”kutelah hanyut,kuhanyut,kuhanyut dalam permainan iniiiii”,nyanyi ngarang sendiri*

*apaduehNaaaa*





Tidak ada komentar:

Posting Komentar