Rabu, 15 Agustus 2012

Dan sesuatu itu berjatuhan...

Aug 12, '11 6:15 PM
for you
Pagi dini hari tadi aku punya cerita. Ayah dan Ibuku sampai menasehatiku istigfar banyak-banyak. Sempat aku marah-marah. Bukan kepada orang tuaku. Tapi kepada apa yang telah terjadi. And I swear I’m not kidding for this. Jam setengah dua dini hari aku masih menjalani rutinitas biasaku mengedit novel dan mengilustrasi gambar, sampai kemudian aku mendengar ada sesuatu yang jatuh di lantai kamarku, lalu di atas benda lain, lalu lagi di tempat lain yang aku belum tahu, dan lalu di pundakku dan aku terlonjak, dan mataku melotot dan aku mulai stress ketika sesuatu itu tidak berhenti terjatuh.

Lagi...

Lagi....

Lagi.....

Dan baunya sangat membuatku ingin muntah.


Hewan bernama singgat aka belatung, yang biasanya ada di sampah, atau mayat yang sudah membusuk. :I


Reflek aku mengambil baygon lalu kusemprotkan banyak-banyak ke mereka. Tapi obat serangga itu tidak mempan padanya. Aku lalu mengambil sapu kecil, engkrak yang terbuat dari bekas dos roti, mengumpulkan singgat-singgat yang berjatuhan itu menjadi satu, memasukkannya ke dalam plastik, menutupnya rapat, dan lalu membuangnya.


Kukira setelah beberapa saat tidak ada lagi yang jatuh, semua selesai. Ternyata singgat itu masih jatuh. Lagi. Lagi. Lagi. Sampai ke tempat yang tak masuk akal untuk jatuh, singgat itu ada. Aku melakukan hal yang sama. Mengambil plastik yang lain, menggapai sapu kecil dan engkrak tadi, lalu mengumpulkan singgat-singgat itu. Tapi emosiku mulai memuncak.


Karena aku gemas, aku sampai berniat naik menggunakan tangga yang posisinya ada di sebelah kamarku persis, mengintip, apa gerangan yang terjadi di atas ternitku. Sayangnya, senter hape milik ibuku tidak cukup menerangi. Maka aku kemudian masuk lagi ke kamarku, menjangkau satu ternit yang tadi menjadi prasangkaku singgat-singgat itu berkumpul, membobolnya, dan langsung melihat apa yang terjadi. Ternyata setelah dibobol, tidak ada bangkai tikus atau apa pun yang menyebabkan singgat itu bertebaran.


Kepalaku mulai pening. Apalagi setelahnya, singgat-singgat itu masih muncul. Di belakang kasurku, di sela-sela kayu ternit, juga di tempat kursiku duduk biasanya berposisi.


Mulanya aku marah. Sangat marah. Aku sampai sempat muntah tadi. Tapi sekarang aku lemas. Saat aku posting di note, aku sudah sejenak tertawa. Aku pasrah. Aku ikut saran orangtuaku untuk istigfar. Sambil mengingat nama Allah yang lain, membaca Asmaul Husna.


Aku tidak mencium bau menyengat lain pada hari sebelum singgat itu akhirnya muncul. Hanya sempat ada suara benda (sangat) keras, entah kemarin, atau dua hari sebelumnya, aku lupa, yang jelas belum lama berselang, jatuh di atas genting.


Pada jam setengah lima, singgat itu masih berjatuhan. Aku sempat merapikan dan membawa bantal guling selimut hijrah ke ruang sebelah. Sementara, kasurku kuangkat sampai ujungnya bersandar pada dinding di pojokan. Lalu aku kemudian melihat singgat-singgat itu juga berjatuhan di tempat kasurku tadi tidur sebelum kemudian kuangkat dan kusandarkan ke dinding kamarku itu.


Jika bukan manusia pelakunya, kemungkinan kucing dan tikus yang sedang keasyikan main di atas sana lalu meninggalkan mainannya begitu saja di atas ternit kamarku. Mungkin begitu…aku tak tahu.


Aku sudah lelah dengan fisikku yang belum kutidurkan.


Setelah kurapikan dan kutempatkan ember di mana biasanya singgat itu jatuh, segera saja kusambar handuk dan pakaian, mandi besar, dan lalu bilang pada Ibu, Insya Allah hari ini aku mulai puasa lagi.


Semoga hal yang menurut kacamataku adalah cobaan, ternyata adalah sebuah pertanda bahwa sebentar lagi akan ada rejeki besar datang dari Allah...Dan kemungkinan besar, kukira, novel inilah yang menjadi rejeki besar untukku. Atau, karena gambarku? :-p Ah. Aku hanya sedang menabahkan diri saja sebenarnya. Biar tak terlampau sedih. Biar puasaku benar-benar barokah…


Instrospeksi diri… Mendekatkan diri…


Dan berpikir, kemungkinan setelah aku sempatkan tidur di kamar ibuku,aku akan pergi keluar,naik ke genting, dan mengecek. Mungkin yang jatuh kemarin itu laptop Apple Mac Pro kali ya. Ada yang mau berbaik hati berbagi, tapi malu-malu. Hehe...


Eh,tapi aku malas mengecek ternyata setelah bangun ini! =)) Panas,euy! Dan Alhamdulillah-nya, itu binatang sudah berhenti berjatuhan. Mungkin kepanasan di atas. Entahlah. Dari pagi aku setel lagu yang mendamaikan hati saja, dan sekarang juga begitu, lalu berniat melanjutkan menulis dan menggambar.
Bismillah.
====================================================
update:ninelights wrote today at 5:13 AM
Perutku sampe kenceng ini karena dua hari bawa ondo (tangga) kesana-kemari.. :)) kram ketokmen...
tapi gakpapa.. demi keselamatan kamarku,maka aku rela..

ini aku udah bawa tangga masuk ke kamarku sekarang. udah pake masker, udah pake jilbab (mbok-mbok mak bedunduk makjegagik itu belatung nyambut saya di tepian kayu ternit :)) ), kupasin ke arah ternit yang kemarin kubobol sambil bawa senter.
setelah melihat ada seonggok mayat di depan mata, aku kaget, njuk hampir jatuh dari tangga.. =))


@Onit: aku gak tau benda apa itu yang jatuh keras banget kemarin,tapi kayaknya gak perlu sampe bawa tangga ini keluar rumah terus nyelidikin ada apa gerangan karena sekarang udah nemu apa.

Kemarin waktu nyenterin sepertinya pandanganku kehalang sama palang kayu, jadinya gak kelihatan. Sekarang udah ngerti banget dan lega (harusnya jijik,tapi lega juga) karena aku nemu ada bangkai tikus di atap kamarku. Harusnya memang ada bau busuk kecium,tapi ini enggak. beberapa hari belakangan ini pun enggak. Kemungkinan ini tikus edisi khusus yang tanpa pakai parfum #ngueeeng
tapi yaudahlah gakpapa. :)
Sekarang tugas saya menjadi tim termehek-mehek untuk pencarian sumber belatung telah selesai. Tinggal panggil si bapak, buat ngangkat jasad yang masih teronggok di atas itu..hehehe:)
#aaaah legaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
makasih ya,teman-teman...

#ketjup atu atu :)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar