Sabtu, 18 Agustus 2012

Lantai Dua

Feb 27, '12 7:56 PM
for Rana's contacts
Ini bermula dari Cireng. Saya suka Cireng, suka sekali, sampai-sampai saya berniat memasak lebih banyak dari biasanya hari ini. Dulu saya mendapatkan resepnya dari Mbak Nina, salah satu kontak multiply di lapak sebelah. Mulanya, Mbak Nina berbagi cerita soal cemilan ringan bernama Cilok. Saya juga suka Cilok. Tapi ketika saya mencoba mempraktekkannya, cilok yang saya buat kurang kalis, makanya hasil akhirnya jadi sedikit mbeledrek (tapi tetap dihabiskan oleh saya dan orang rumah) Bukan karena menyerah, tapi sepertinya saya lebih naksir Cireng dibandingkan dengan Cilok. Makanya, setelah tepung terigu dan tepung tapioka plus daun bawang ada di bawah, hari ini, tepatnya tadi siang, saya mulai mengolah bahan-bahannya.
Terus terang sampai sekarang saya masih bingung mengira-kira 250 gram tepung tapioka itu berapa sendok makan. Dan lalu 100 gram tepung terigu itu berapa sendok makan. Makanya, saya pakai rumus sendiri dan menganggap kalau 100 gram adalah 10 sendok, dan 250 adalah 25. Tetapi kalau 25 sendok itu terlalu banyak, jadi saya buat jadi 12 sendok saja. =))
Biasanya jam sembilan sampai jam empatan sore saya selalu di lantai atas. Kebetulan setelah musibah itu, kami sekeluarga mendapatkan rumah kontrakan yang memiliki dua lantai-yang pasti nanti akan sedikit berat juga seandainya setahun lagi harus pindah dari tempat ini -, jadi kalau sedang galau, saya bisa asik melihat senja atau kelap-kelip kota. Dan semestinya, tadi setelah sholat dhuhur, saya menyempatkan diri untuk tidur karena tadi pagi baru terlelap sekitar jam setengah tiga pagi dan bangun jam lima lalu lanjut kerja tanpa bobo lagi. Tapi karena begitu ngefansnya sama Cireng, lenyap segala kantuk. Saya fokus membuat seni menyireng. - -“
Hujan sangat deras dan tidak seperti biasa tingkat kederasannya sudah mengguyur bumi ketika saya memutuskan untuk turun menuju dapur. Saya kupas tiga suing bawah putih, mencucinya, menaruhnya di atas cobek, merajangnya kasar, mencampurkan garam secukupnya, lalu mulai menguleknya. Setelah halus, saya masak air untuk keperluan Cireng. Sembari menunggu airnya mendidih, saya Rajang daun bawangnya tipis-tipis. Setelah itu, air yang sudah matang dan masih mengepulkan asap itu saya masukkan ke dalam wadah yang berisi bumbu dan daun bawang. Saya tambahkan merica dan lalu mengaduknya. Setelah itu, mulai memasukkan tepung terigu dan tepung tapioca (tepung kanji)
Proses menggoreng, saya kira setengah jam lebih karena saking banyaknya *jadinya sampai dua mangkok, itu juga sudah dikurangi sama yang menggoreng *. Setelah selesai semua, saya duduk di ruang keluarga, menikmati cemilan cireng itu lagi sambil menonton teve. Setelah kenyang, saya rebahan dibawah-tetap di ruang keluarga dan masih menonton teve-. Hujan masih turun, dan hawa jadi dingin sekali. Saya lalu menyelimuti badan dan pelan-pelan mulai merasa mengantuk.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 15.30 WIB. Saya pun berniat untuk segera mandi, sholat, dan lalu turun lagi demi bisa menonton “City Hunter” di Indosiar 
Saat menginjakkan kaki ke lantai dua itu saya belum merasa aneh. Saya hanya ingin segera mandi. Mata saya kemudian tertuju pada kaos putih saya yang kemarin sudah saya seterika bersama dengan tumpukan baju-baju untuk bepergian yang lain, kemeja, rok, celana, dua jaket, dan lain-lain. Semua baju itu masih di atas tikar, di atas tumpukan koleksi kain sarung ayah saya yang memang sengaja untuk dijadikan alas untuk menyetrika baju. Saya pegang baju putih itu dan hendak bergegas menuju lemari mencari pakaian dalam, tapi lalu kaget. 
Kok basah? 
Lalu saya melihat tumpukan dibawahnya. 
Kok basah?? 
Lalu saya memegang tumukan kain sarung ayah saya yang ada delapan lapis + 1 jarik bekas yang berlubang karena kelakuan saya waktu kecil + selimut yang juga berlubang karena kekhilafan saya melubanginya tanpa sengaja waktu kecil…
K O K   B A S A H?
Saya pegang tikar dan saya lihat lantai putih di ruangan itu ada genangan air sekitar 0,5 cm menyebar hampir dua meter dari pintu. Seketika itu saya terbahak sambil berteriak pada orang tua di bawah, “huahahahaha, Ibuuu, lantai dua kebanjiraaaan!”
Seandainya tadi saya menyempatkan naik ke atas sebentar, mungkin tidak akan jadi begitu nasib lantai dua. *menceritakannya dengan ngakak* Tapi yang namanya musibah, Sob! Alhamdulillah yang paling penting sih tidak masuk ke kamar saya, karena komputer berada di lantai [jadi mikir mau beli meja pendek kalau gini - -“]   Genangan itu ada di ruang keluarganya lantai dua sama di balkon. Balkon mungkin satu sampai dua centi tingginya. Ibu saya terkejut. “Lha kok bisa???” Saya ngakak lagi.
Ternyata saluran pembuangan air hujannya tersumbat karena setelah saya mencoba menelusuri dan lalu menyodok-nyodoknya, air itu kemudian mengalir dengan lancarnya=)). Jadi ya sudah, jadinya acara hari itu kejar tayang nyuci semua baju,tikar, sarung, selimut bekas, jarik, sama ngepel lantai. Yah, itung-itung pembakaran kalori karena kebanyakan makan Cireng hari ini. Hahahaha.

Have a great nite, everybody!



*Sambil jemurin pakaian, giat naik turun tangga demi lihat Li Min Ho main di City Hunter.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar