Rabu, 15 Agustus 2012

Main Keroyok?

Aug 22, '11 4:03 PM
for Rana's contacts
“Kalo elu gak setuju sama pendapat gue, elu berarti bukan temen gue. Elu musuh. Musuh yang patut kami waspadai.”
Saya yang membaca gelagat-gelagat itu atas sikap saya yang tidak terlalu memihak pada siapa-siapa untuk teman-teman yang sedang berselisih paham, cuma bisa berekspresi… - -“


Saya pribadi tidak suka dengan yang namanya ‘main keroyok’. Alasan utamanya karena saya pernah ‘dikeroyok’ di dunia maya oleh orang yang sesungguhnya tidak tahu duduk perkaranya apa sebenarnya,katakanlah dia si B, lalu membuat opini menyakitkan di publik dengan postingan note yang sangat memprovokasi, lalu mendatangkan massa yang terprovokasi dan lalu mengiyakan hal tersebut sampai membuat yang seharusnya tidak bersalah aka saya harus hiatus beberapa saat karena kejadian luar biasa sepele itu karena… trauma. Apalagi si A, orang yang bersangkutan langsung dengan saya memperkuat tuduhan dengan mengatakan dia ‘lagi sangat kesal dengan seseorang’ aka saya dan di posting di set everyone.

Seharusnya saya bicara demi untuk penggembalian nama baik. Tapi saya memilih diam karena kalau saya memposting tulisan itu, maka kasus itu akan menjadi sangat penting. Kalau saya posting itu, orang yang mulanya tidak tahu akan berubah jadi sok tahu dan kemudian akan mencari tahu Cuma demi kepuasan kepenasarannya saja lalu membuat opini yang biasanya menuduh sembarangan di note atau di lapak pribadinya yang di set everyone dan akan memancing kepenasaran banyak orang lagi.

Saya malas. 

Sekian bulan kemudian, muncul kasus, kali ini tersangkanya adalah A yang gentian di massa karena ternyata apa yang dia ucapkan selama ini tidak bisa dipegang. Some said dia a big liar fat. Dia just blablabla yadayadayada. 

Saya yakin, si B pun pada akhirnya tahu apa masalahnya dan menjadi sangat malu karena tuduhan yang dilemparkan sebenarnya adalah karena dia mendengarnya cuma dari satu pihak, si A.

Sebenarnya bukan karena kasus satu itu saja saya menjadi orang yang bersikap lebih hati-hati apalagi kalau itu berkaitan dengan tuduh menuduh seseorang atau sesuatu. Tapi lebih kepada membaca kepentingan-kepentingan orang yang melempar opini ke dalam blog atau note tersebut.

Apakah itu kemarahan murni?
Apakah itu hanya tuduhan?
Apakah itu semacam lelucon? 
Apakah mereka sedang mencari massa ?
Apakah orang yang membela itu hanya untuk bersenang-senang dan ingin saya terprovokasi?
Atau apa?

Sebentar.

Ini bukan berarti jika saya diam saya menjadi orang yang tidak peduli. Saya peduli. Bahkan kalau ada teman dekat saya yang dilukai, saya bisa jadi orang yang paling berada di garis depan untuk ‘menghajar’ orang tersebut, kalau perlu sampai dia kehabisan napas.
Tapi di kasus ini, di dunia maya ini, seluruh ekspresi tidak kelihatan. Kebanyakan adalah orang-orang yang baru saya kenal dan saya hanya bisa akrab dan membaca karakter masing-masing individu di balik IDnya dengan sering berkomentar, sering melihat journal fotonya dan membaca isi pikirannya di journal-journalnya (itu pun tidak setiap ID berkenan memaparkan karakternya yang sebenarnya). Hanya tulisan. Hanya simbol-simbol yang bisa saja tersamarkan atas nama cari sensasi belaka. Bukan menuduh, tapi karena saya pernah menyaksikan sendiri pengakuan seseorang yang dulu pernah memposting tulisan atas kasus yang sedang marak, bahwa dia melakukannya… just for having fun.

See?

Tidak ada yang salah dalam mengamini pendapat publik yang memang dirasa benar, tapi lihat caranya. Lihat juga dengan siapa dia melemparkan tuduhan itu. Bilang orang itu dekat dengan kita, atau penting, perlu keestra hati-hatian. Bukan apa-apa. Bukan karena menuduh kalian takut karena telah berbicara benar. Tapi perlu diperhatikan juga cara melontarkan opini itu, karena kalau si tertuduh tidak terima, atau ada yang memang sangat hobby mencari masalah, maka masalah sepele dan opini sepele tersebut bisa menjadi masalah hukum yang besar dan berkepanjangan.

Best regards,

Rana


Tidak ada komentar:

Posting Komentar