Renungan Malam | for Rana's network |
Malam
kedua pada jam sepuluh malam ketika tirai masing-masing pasien sudah
ditutup sehingga aku hanya bisa memastikan apakah ada orang lain yang
masuk ke ruangan kamar rumah sakitku atau tidak lewat pantulan lantai
putih licin di bawah tirai yang menggantung, aku meneruskan membaca
novel “Monk-Super Monk vs Alien Berbelalai Panjang”.
Sejujurnya, aku juga jatuh cinta pada serial tevenya, Monk sebenarnya bukan seorang detektif tetapi dia sangat terkenal karena ahli dalam memecahkan kasus pembunuhan lewat analisisnya yang diluar perkiraan penyelidik lain. Karena kelebihannya itu pihak kepolisian menyewa jasanya untuk membantu mempercepat proses penanganan perkara. Selain itu, Monk terkenal sebagai orang yang super bersih, super perfect (sampai mie pun harus diukur terlebih dahulu,hahahaha), super aneh (sudah mengganti karpet di apartemennya sebanyak lima kali karena noda kopi yang tidak terlihat oleh mata), super serius dan tidak memiliki selera humor sehingga membuat orang-orang di sekitarnya stress menghadapi kelakuannya, terutama asisten pribadinya.
Di episode novel ini si Adrian Monk dibantu kakaknya yang tidak kalah anehnya bernama Ambrose, bahu membahu untuk memecahkan sebuah kasus pembunuhan yang rumit. Tetapi dalam prosesnya, Monk merasa sikap kakaknya kelewat aneh karena telah bergabung di sebuah klub super aneh dan analisis kakaknya sendiri sangat tidak penting sehingga Adrian sampai datang ke dokter pribadinya demi untuk mendapatkan pencerahan agar kakaknya kembali ke jalan yang benar.
“Semua orang butuh untuk menjadi bagian dari sesuatu,” jelas Dr. Kroger. “Aku punya keluarga, teman, dan aku punya pekerjaan. Itulah yang membentukku, memberiku identitas dan naluri memiliki sesuatu atau sense of belonging. Ambrose tidak pernah meninggalkan rumah, jadi hasratnya untuk menjadi bagian dari sesuatu pasti lebih kuat dan lebih sulit untuk diwujudkannya. Aku senang kalau ternyata ia menemukan sesuatu.”
“Menurutmu kenapa Ambrose begitu tertarik dengan Beyond Earth dan penggemarnya itu?” Aku bertanya.
“Fiksi ilmiah adalah genre yang butuh imajinasi tinggi, dan tidak terikat pada realitas atau semua ketetapan yang berlaku pada kehidupan modern. Genre ini memiliki daya tarik yang cukup besar, khususnya pada orang-orang yang karena berbagai macam alasan, termajinalkan atau diasingkan dari masyarakat, khususnya karena ada masalah fisik, mental, atau ketidakmampuan dalam bersosialisasi. Bagi mereka, lebih mudah untuk masuk ke dalam dunia yang kaya akan fantasi, di mana semua menjadi mungkin tidak seperti di dunia yang sebenarnya. Aku tidaklah begitu heran Ambrose jadi seperti itu. Ini bukan hanya sebuah sistem dukungan namun juga bermakna sebagai sebuah tempat pelarian.”
Page 219-220
Sampai pada kalimat itu, aku berhenti membaca. Mataku meredup. Dan mendadak saja aku merasa sedih. Dalam beberapa hal aku sedikit merasa kalau aku adalah seorang… Ambrose Monk. Tapi bukankah aku masih beruntung karena sesedih-sedihnya perasaanku masih ada orang yang peduli dan kupedulikan?
Kutolehkan kepalaku ke keluarga pasien di sebelah kiriku yang tampak sudah terlelap tidur di bawah tirai yang menggantung, yang telah menganggapku sebagai bagian dari mereka saat mereka butuh untuk didengar.
Selalu ada tawa meski kau dalam keadaan sedih sekali pun. Tuhan Maha Tahu. Tuhan tidak tidur. Tuhan tidak pernah sekejap pun terpejam, kataku dalam hati.
Lalu aku selipkan sebuah pembatas buku pada halaman itu, menutupnya, menaruh di samping tempat tidur, memejamkan mata, dan melanjutkan membacanya lagi esok pagi.
Cerita opname 3-5 Desember 2011
Sejujurnya, aku juga jatuh cinta pada serial tevenya, Monk sebenarnya bukan seorang detektif tetapi dia sangat terkenal karena ahli dalam memecahkan kasus pembunuhan lewat analisisnya yang diluar perkiraan penyelidik lain. Karena kelebihannya itu pihak kepolisian menyewa jasanya untuk membantu mempercepat proses penanganan perkara. Selain itu, Monk terkenal sebagai orang yang super bersih, super perfect (sampai mie pun harus diukur terlebih dahulu,hahahaha), super aneh (sudah mengganti karpet di apartemennya sebanyak lima kali karena noda kopi yang tidak terlihat oleh mata), super serius dan tidak memiliki selera humor sehingga membuat orang-orang di sekitarnya stress menghadapi kelakuannya, terutama asisten pribadinya.
Di episode novel ini si Adrian Monk dibantu kakaknya yang tidak kalah anehnya bernama Ambrose, bahu membahu untuk memecahkan sebuah kasus pembunuhan yang rumit. Tetapi dalam prosesnya, Monk merasa sikap kakaknya kelewat aneh karena telah bergabung di sebuah klub super aneh dan analisis kakaknya sendiri sangat tidak penting sehingga Adrian sampai datang ke dokter pribadinya demi untuk mendapatkan pencerahan agar kakaknya kembali ke jalan yang benar.
“Semua orang butuh untuk menjadi bagian dari sesuatu,” jelas Dr. Kroger. “Aku punya keluarga, teman, dan aku punya pekerjaan. Itulah yang membentukku, memberiku identitas dan naluri memiliki sesuatu atau sense of belonging. Ambrose tidak pernah meninggalkan rumah, jadi hasratnya untuk menjadi bagian dari sesuatu pasti lebih kuat dan lebih sulit untuk diwujudkannya. Aku senang kalau ternyata ia menemukan sesuatu.”
“Menurutmu kenapa Ambrose begitu tertarik dengan Beyond Earth dan penggemarnya itu?” Aku bertanya.
“Fiksi ilmiah adalah genre yang butuh imajinasi tinggi, dan tidak terikat pada realitas atau semua ketetapan yang berlaku pada kehidupan modern. Genre ini memiliki daya tarik yang cukup besar, khususnya pada orang-orang yang karena berbagai macam alasan, termajinalkan atau diasingkan dari masyarakat, khususnya karena ada masalah fisik, mental, atau ketidakmampuan dalam bersosialisasi. Bagi mereka, lebih mudah untuk masuk ke dalam dunia yang kaya akan fantasi, di mana semua menjadi mungkin tidak seperti di dunia yang sebenarnya. Aku tidaklah begitu heran Ambrose jadi seperti itu. Ini bukan hanya sebuah sistem dukungan namun juga bermakna sebagai sebuah tempat pelarian.”
Page 219-220
Sampai pada kalimat itu, aku berhenti membaca. Mataku meredup. Dan mendadak saja aku merasa sedih. Dalam beberapa hal aku sedikit merasa kalau aku adalah seorang… Ambrose Monk. Tapi bukankah aku masih beruntung karena sesedih-sedihnya perasaanku masih ada orang yang peduli dan kupedulikan?
Kutolehkan kepalaku ke keluarga pasien di sebelah kiriku yang tampak sudah terlelap tidur di bawah tirai yang menggantung, yang telah menganggapku sebagai bagian dari mereka saat mereka butuh untuk didengar.
Selalu ada tawa meski kau dalam keadaan sedih sekali pun. Tuhan Maha Tahu. Tuhan tidak tidur. Tuhan tidak pernah sekejap pun terpejam, kataku dalam hati.
Lalu aku selipkan sebuah pembatas buku pada halaman itu, menutupnya, menaruh di samping tempat tidur, memejamkan mata, dan melanjutkan membacanya lagi esok pagi.
Cerita opname 3-5 Desember 2011
Tags: sehari-hari, inspirasi
ninelights wrote on Dec 8, '11
m4s0k3 wrote today at 11:39 PM
Rana Ambrose.. >>>Kamu...siapa? *ngintip dari balik pintu dengan seluruh tubuh ditutupi dengan pakaian luar angkasa* |
ninelights said
Genre
ini memiliki daya tarik yang cukup besar, khususnya pada orang-orang
yang karena berbagai macam alasan, termajinalkan atau diasingkan dari
masyarakat, khususnya karena ada masalah fisik, mental, atau
ketidakmampuan dalam bersosialisasi. Bagi mereka, lebih mudah untuk
masuk ke dalam dunia yang kaya akan fantasi, di mana semua menjadi
mungkin tidak seperti di dunia yang sebenarnya.
masak siy?
|
tintin1868 wrote on Dec 9, '11
itu
monk satu acara tipi yang suka ku ikutin.. lucu ya.. semua serba
perfect, serba ada ukurannya, kaya punya penyakit pobia rapirapi..
ku ada bukunya tapi ga suka bacanya.. lebih suka nonton saja dah.. ngerti maksud rana saat di rs itu deh.. |
ninelights wrote on Dec 9, '11
m4s0k3 wrote today at 12:03 AM
saya... Yasdi Caulfield. Adiknya Holden Caulfield.. >>>Mungkin adik saya Adrian kenal siapa itu Holden Caulfield. Tapi kau, Yasdi...Caulfield?, bahkan di daftar telepon yellow pages yang sudah kuatur setiap halamannya berakhir dengan angka genap, tidak ada nama itu. *memang mabuk bayem ketokmen :))* |
ninelights wrote on Dec 9, '11
onit wrote today at 4:55 AM
ninelights said Genre ini memiliki daya tarik yang cukup besar, khususnya pada orang-orang yang karena berbagai macam alasan, termajinalkan atau diasingkan dari masyarakat, khususnya karena ada masalah fisik, mental, atau ketidakmampuan dalam bersosialisasi. Bagi mereka, lebih mudah untuk masuk ke dalam dunia yang kaya akan fantasi, di mana semua menjadi mungkin tidak seperti di dunia yang sebenarnya. masak siy? >>>Buat orang yang sekalipun tidak pernah keluar rumah dan sulit bersosialisasi dengan dunia luar contohnya si Ambrose Monk ini,aku rasa analisis itu masuk akal.:) |
ninelights wrote on Dec 9, '11
jampang wrote today at 5:28 AM
kayanya cerita bukunya seru dan unik >>>sangat!:-p |
ninelights wrote on Dec 9, '11
lafatah wrote today at 5:48 AM
Aku baru dua kali, kalau nggak salah, mengudap serial Monk ini. Kocak dan seru! >>>Ini bukunya aku baru punya satu, tapi memang seru dan lucu! |
ninelights wrote on Dec 9, '11
lafatah wrote today at 5:48 AM
Btw, udah sembuh kan sekarang, Mbak? >>>Masih pusing sih dan kadang dalam keadaan tertentu anget datang lagi :D :D :D |
ninelights wrote on Dec 9, '11
pennygata wrote today at 7:05 AM
adrian monk, aku gak liat serialnya, jg gak baca bukunya, gak liat filmnya soale mangkel CSI digantiin ama itu :)) udah nunggu sampe malem koq keluarnya siMonk iki, gondok matiin tipi trs turu heheh >>>Eh, Monk tayang lagi?? Di mana?? Jam berapaaa??Setiap hari apaaa??? |
ninelights wrote on Dec 9, '11
tintin1868 wrote today at 8:02 AM
itu monk satu acara tipi yang suka ku ikutin.. lucu ya.. semua serba perfect, serba ada ukurannya, kaya punya penyakit pobia rapirapi.. ku ada bukunya tapi ga suka bacanya.. lebih suka nonton saja dah.. >>>kalo phobia rapi-rapi berarti dia malah sangat suka berantakan mbak tintin,hehehehe. Iya, dia itu tipe perfectionis dan sangat menjunjung tinggi kerapian, kebersihan dan kesimetrisan. |
ninelights wrote on Dec 9, '11
tintin1868 wrote today at 8:02 AM
ngerti maksud rana saat di rs itu deh.. >>> :) |
ninelights said
pennygata wrote today at 7:05 AMadrian monk, aku gak liat serialnya, jg gak baca bukunya, gak liat filmnya soale mangkel CSI digantiin ama itu :)) udah nunggu sampe malem koq keluarnya siMonk iki, gondok matiin tipi trs turu heheh >>>Eh, Monk tayang lagi?? Di mana?? Jam berapaaa??Setiap hari apaaa???
jaaahh
udah lama itu Na... :)), pas jaman CSI masih diputer di Indosiar.. :))
jam 12malem wkatu bali, gimana ndak jengkel udah nunggu sampe lumutan,
kluar'e si MOnk kae.. kih!
|
ninelights wrote on Dec 9, '11
pennygata wrote today at 10:21 AM ninelights said pennygata wrote today at 7:05 AM adrian monk, aku gak liat serialnya, jg gak baca bukunya, gak liat filmnya soale mangkel CSI digantiin ama itu :)) udah nunggu sampe malem koq keluarnya siMonk iki, gondok matiin tipi trs turu heheh >>>Eh, Monk tayang lagi?? Di mana?? Jam berapaaa??Setiap hari apaaa??? jaaahh udah lama itu Na... :)), pas jaman CSI masih diputer di Indosiar.. :)) jam 12malem wkatu bali, gimana ndak jengkel udah nunggu sampe lumutan, kluar'e si MOnk kae.. kih! >>>MWAHAHAHAHAHAHAHAHAHA CSI juga bagus, tapi Monk juga lucu. Ini kalau di Indonesia seperti komedi situasi,yang niatnya memang bukan untuk melucu tapi karena situasi dan karakter yang aneh dan unik jadinya ya itu,lucu banget. :D Maaf membuatmuh keki dengan Monk ini yah...:D =))))) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar