Melayani, Dilayani | for Rana's network |
CS
Setelah membaca curhatan Dani tentang Memanusiakan manusia, saya jadi ingin meneruskan keresahan hatinya tentang hal itu. Niatnya tentu saja bukan minta untuk dikasihani. Hanya ingin berbagi, dan semoga bisa ada rasa empati setelah ini.:)
Well… memang pada umumnya (atau, seringnya mungkin?) kita baru akan benar-benar merasakan berat dan tabahnya *XD* menjadi seorang customer service bila telah benar-benar terjun ke dalamnya. Or, at least, berprofesi di bidang pelayanan terhadap masyarakat yang langsung face to face hampir setiap hari.
Jadi, jika seandainya saja, saya tidak pernah berprofesi sebagai seorang customer service sebelumnya dan hanya menjadi seorang customer saja dan lalu masuk ke sebuah perusahaan A dan saya melihat CSnya di perusahaan A ‘ngawur’ dalam melayani saya, saya pasti akan ngomel, saya akan melampiaskan kekesalan pada si ini dan si itu aka CS tersebut, dan saya kalo niat dan rajin berkeluh kesah di dunia maya akan mengeluarkan jurus “minta di posting di FB ato Twitter nih perusahaan”. Secara, logikanya di mata saya, perusahaan A adalah perusahaan yang profesional, yang sudah terkenal di mana-mana, dengan bangunan mewah, yang otomatis karyawannya pasti sejahtera semua, yang seharusnya dengan semua itu harus becus dalam pelayanan kepada masyarakat.
Setelah saya menjadi seorang customer service dan merasakan terjun langsung ke lapangan, ternyata saya (kebetulan) memiliki job desk lain yang cukup banyak. Mengumpulkan data, entry data, mendadak keluar terjun ke lapangan B, keluar masuk ke lapangan C, lembur menyelesaikan tugas yang lain, menata barang ini dan itu, begini begitu, pulang larut malam, lalu kembali lagi keesokan paginya membawa senyuman, melayani customer.
Tentu lelah. Juga karena seorang customer service tentu saja sama seperti para customer yang memiliki masalah. Tapi, hey, bukankah sudah merupakan salah satu syarat seorang ‘customer service’ untuk tegar menghadapi cobaan? *kok contohnya tragis yah tapi,ngomong-ngomong,hehe piss ah ^_^v*
Lalu suatu hari kemudian datang masalah cukup besar. Sebagai bagian dari pekerjaan tim front liner juga sekaligus CS adalah meneruskan jawaban dan amanah dari atasan. Namun karena merasa tidak puas, maka banyak customer yang akhirnya datang ke perusahaan untuk complain ini dan itu dengan makian, gebrakan meja, bolpoin melayang, ancaman aduan ke media, emosi meledak-ledak hingga hampir berakhir dengan adu jotos. Dan yang menghadapi itu semua tentu saja adalah para front liner dan CS yang sebenarnya hanya menjalankan amanah.
Sebenarnya, selayaknya manusia biasa, customer service tentu saja pernah dan sering melakukan kesalahan. Tentu saja ada sebab ada akibat kenapa kesalahan itu bisa muncul. Karena factor kelelahan pada jam kerja yang over, tekanan psikologi pada masing-masing individu *tentu saja ada yang menganggap masalah itu ringan ada pula yang serius*, kurang konsetrasi, dan lain sebagainya.
Mendapat teguran dari customer dengan nada yang tidak ngomel, sesungguhnya sudah membuat kami sedikit berembug di belakang. Atau istilah umumnya, curhat iseng-iseng sambil ngunyah nasi kucing di angkringan. XD. Apalagi jika customer tersebut melakukan hujatan dan omelan kepada CS. Dan omelan tersebut seperti merasa beliau lebih berkuasa, memiliki banyak uang, lebih merasa dekat dengan pemilik perusahaan sehingga bisa seenak jidatnya mengkambinghitamkan seorang customer service begitu saja, dan kemudian CS itu esok harinya gantian ‘disruput mbunmbunane’(istilah saya saja untuk maksud=diomeli habis-habisan hehehehe) sama atasan, atau, paling membuat hati mencelos adalah keputusan ‘mateni panganne wong’(‘membunuh’/menghentikan sumber pencaharian hidup orang lain), dipecat.
TRANSISI
Ada masa dimana kemudian, saya dihadapkan pada dilemma ini juga, memilih untuk tetap bertahan tapi terus mengeluh dan nggak bakalan selesai keluhannya tapi tetap bekerja di perusahaan itu, atau keluar, mengikuti ‘lentera jiwa’ sebagai seorang penulis. Well, salah satu bahan pertimbangan untuk kemudian saya memilih pilihan kedua adalah karena saya memang merasa tidak bakat untuk menjadi seorang customer service, yang istilahnya Dani, bisa bermuka poker setiap saat. XD
Terlebih, saya aslinya tidak pandai berkata-kata. Hanya pandai menulis. Menulis notes. Notes patah hati. #halah
Lanjut!
CUSTOMER
Tapi tentu saja karena pengalaman-pengalaman itu, maka jika saya datang ke suatu tempat yang namanya pelayanan dan saya menjadi seorang customer, saya jadi bisa mengukur ‘standar harus ngomel’ itu segimana.
Saya emosian aslinya.XD Jadi jika level sabar saya ketika di muka umum itu sudah putus, raut muka saya akan berubah menjadi tidak enak dipandang. Dan aslinya, dengan raut muka seperti ini akan membuat CS di depan saya, membatin. XD Apalagi,kalau bibir sudah tidak bisa dikendalikan untuk mencoba nyindir, “Mbake ki piye tho?” (Mbaknya ini gimana toh (kerjanya kok nggak beres). Loro mesti. Jeru. Nusuk kalbu banget. Hehe.
Saat kemudian saya duduk lama di suatu restoran, menunggu makanan belum datang dan lalu menegur pelayan dengan kata, ”Mbak,minta tolong teh angetnya dulu ya?”, mereka sudah merasa kalau mereka itu kena tegur sebenarnya.
Ya. Kadar orang memang berbeda-beda dalam menyikapi seorang pelayan masyarakat. Ada yang sebodo. Ada yang mending ngomel di depan daripada ndongkol di bawa pulang. Ada yang langsung suudzon atau skeptis. Ada yang nggak mau menghabiskan banyak tenaga sehingga langsung nulis layangan surat protes.
Tapi terlepas dari itu semua, saran saja, selama pelayan masyarakat itu tidak kurang ajar atau memang tidak melakukan penyimpangan yang memang wajib ain untuk murka dan bakal diaminin berjamaah oleh seluruh warga dumay dan dunya, XD, kalau mau komplain tidak perlu yang sampai membuat profesi orang lain seakan sangat rendah, juga gak perlu sampai membicarakan individu ‘yang membuat kesalahan’ itu lalu direndahkan seolah kesalahan yang dia lakukan sangat luar biasa sampai bom di hirosima kalah beritanya. XD
Terlepas dari kesalahan ‘sengaja’ atau tidak sengaja itu, mereka juga cari uang yang hasilnya bisa jadi bukan buat dirinya sendiri kan?^_^
Setelah membaca curhatan Dani tentang Memanusiakan manusia, saya jadi ingin meneruskan keresahan hatinya tentang hal itu. Niatnya tentu saja bukan minta untuk dikasihani. Hanya ingin berbagi, dan semoga bisa ada rasa empati setelah ini.:)
Well… memang pada umumnya (atau, seringnya mungkin?) kita baru akan benar-benar merasakan berat dan tabahnya *XD* menjadi seorang customer service bila telah benar-benar terjun ke dalamnya. Or, at least, berprofesi di bidang pelayanan terhadap masyarakat yang langsung face to face hampir setiap hari.
Jadi, jika seandainya saja, saya tidak pernah berprofesi sebagai seorang customer service sebelumnya dan hanya menjadi seorang customer saja dan lalu masuk ke sebuah perusahaan A dan saya melihat CSnya di perusahaan A ‘ngawur’ dalam melayani saya, saya pasti akan ngomel, saya akan melampiaskan kekesalan pada si ini dan si itu aka CS tersebut, dan saya kalo niat dan rajin berkeluh kesah di dunia maya akan mengeluarkan jurus “minta di posting di FB ato Twitter nih perusahaan”. Secara, logikanya di mata saya, perusahaan A adalah perusahaan yang profesional, yang sudah terkenal di mana-mana, dengan bangunan mewah, yang otomatis karyawannya pasti sejahtera semua, yang seharusnya dengan semua itu harus becus dalam pelayanan kepada masyarakat.
Setelah saya menjadi seorang customer service dan merasakan terjun langsung ke lapangan, ternyata saya (kebetulan) memiliki job desk lain yang cukup banyak. Mengumpulkan data, entry data, mendadak keluar terjun ke lapangan B, keluar masuk ke lapangan C, lembur menyelesaikan tugas yang lain, menata barang ini dan itu, begini begitu, pulang larut malam, lalu kembali lagi keesokan paginya membawa senyuman, melayani customer.
Tentu lelah. Juga karena seorang customer service tentu saja sama seperti para customer yang memiliki masalah. Tapi, hey, bukankah sudah merupakan salah satu syarat seorang ‘customer service’ untuk tegar menghadapi cobaan? *kok contohnya tragis yah tapi,ngomong-ngomong,hehe piss ah ^_^v*
Lalu suatu hari kemudian datang masalah cukup besar. Sebagai bagian dari pekerjaan tim front liner juga sekaligus CS adalah meneruskan jawaban dan amanah dari atasan. Namun karena merasa tidak puas, maka banyak customer yang akhirnya datang ke perusahaan untuk complain ini dan itu dengan makian, gebrakan meja, bolpoin melayang, ancaman aduan ke media, emosi meledak-ledak hingga hampir berakhir dengan adu jotos. Dan yang menghadapi itu semua tentu saja adalah para front liner dan CS yang sebenarnya hanya menjalankan amanah.
Sebenarnya, selayaknya manusia biasa, customer service tentu saja pernah dan sering melakukan kesalahan. Tentu saja ada sebab ada akibat kenapa kesalahan itu bisa muncul. Karena factor kelelahan pada jam kerja yang over, tekanan psikologi pada masing-masing individu *tentu saja ada yang menganggap masalah itu ringan ada pula yang serius*, kurang konsetrasi, dan lain sebagainya.
Mendapat teguran dari customer dengan nada yang tidak ngomel, sesungguhnya sudah membuat kami sedikit berembug di belakang. Atau istilah umumnya, curhat iseng-iseng sambil ngunyah nasi kucing di angkringan. XD. Apalagi jika customer tersebut melakukan hujatan dan omelan kepada CS. Dan omelan tersebut seperti merasa beliau lebih berkuasa, memiliki banyak uang, lebih merasa dekat dengan pemilik perusahaan sehingga bisa seenak jidatnya mengkambinghitamkan seorang customer service begitu saja, dan kemudian CS itu esok harinya gantian ‘disruput mbunmbunane’(istilah saya saja untuk maksud=diomeli habis-habisan hehehehe) sama atasan, atau, paling membuat hati mencelos adalah keputusan ‘mateni panganne wong’(‘membunuh’/menghentikan sumber pencaharian hidup orang lain), dipecat.
TRANSISI
Ada masa dimana kemudian, saya dihadapkan pada dilemma ini juga, memilih untuk tetap bertahan tapi terus mengeluh dan nggak bakalan selesai keluhannya tapi tetap bekerja di perusahaan itu, atau keluar, mengikuti ‘lentera jiwa’ sebagai seorang penulis. Well, salah satu bahan pertimbangan untuk kemudian saya memilih pilihan kedua adalah karena saya memang merasa tidak bakat untuk menjadi seorang customer service, yang istilahnya Dani, bisa bermuka poker setiap saat. XD
Terlebih, saya aslinya tidak pandai berkata-kata. Hanya pandai menulis. Menulis notes. Notes patah hati. #halah
Lanjut!
CUSTOMER
Tapi tentu saja karena pengalaman-pengalaman itu, maka jika saya datang ke suatu tempat yang namanya pelayanan dan saya menjadi seorang customer, saya jadi bisa mengukur ‘standar harus ngomel’ itu segimana.
Saya emosian aslinya.XD Jadi jika level sabar saya ketika di muka umum itu sudah putus, raut muka saya akan berubah menjadi tidak enak dipandang. Dan aslinya, dengan raut muka seperti ini akan membuat CS di depan saya, membatin. XD Apalagi,kalau bibir sudah tidak bisa dikendalikan untuk mencoba nyindir, “Mbake ki piye tho?” (Mbaknya ini gimana toh (kerjanya kok nggak beres). Loro mesti. Jeru. Nusuk kalbu banget. Hehe.
Saat kemudian saya duduk lama di suatu restoran, menunggu makanan belum datang dan lalu menegur pelayan dengan kata, ”Mbak,minta tolong teh angetnya dulu ya?”, mereka sudah merasa kalau mereka itu kena tegur sebenarnya.
Ya. Kadar orang memang berbeda-beda dalam menyikapi seorang pelayan masyarakat. Ada yang sebodo. Ada yang mending ngomel di depan daripada ndongkol di bawa pulang. Ada yang langsung suudzon atau skeptis. Ada yang nggak mau menghabiskan banyak tenaga sehingga langsung nulis layangan surat protes.
Tapi terlepas dari itu semua, saran saja, selama pelayan masyarakat itu tidak kurang ajar atau memang tidak melakukan penyimpangan yang memang wajib ain untuk murka dan bakal diaminin berjamaah oleh seluruh warga dumay dan dunya, XD, kalau mau komplain tidak perlu yang sampai membuat profesi orang lain seakan sangat rendah, juga gak perlu sampai membicarakan individu ‘yang membuat kesalahan’ itu lalu direndahkan seolah kesalahan yang dia lakukan sangat luar biasa sampai bom di hirosima kalah beritanya. XD
Terlepas dari kesalahan ‘sengaja’ atau tidak sengaja itu, mereka juga cari uang yang hasilnya bisa jadi bukan buat dirinya sendiri kan?^_^
Sponsored Links
|
|
anekahijab wrote on Jul 29, '11
nice note :)
|
ninelights wrote on Jul 29, '11
anekahijab wrote today at 9:35 PM
nice note :) >>>terima kasih... salam kenal :) |
ninelights wrote on Jul 29, '11
m4s0k3 wrote today at 10:01 pm
saling menghargai aja lah intinya ya ^^ >>>hu-um ^_^ |
ninelights wrote on Jul 29, '11
saturindu wrote today at 10:03 PM
*manggut2 >>> position? :-p |
ninelights wrote on Jul 29, '11
pennygata wrote today at 10:04 PM
heemmm baca judulnya aku sdh mengira masih samb dr Dani punya heheheh >>>Ho-oh, tadi janji mo posting jurnal sama Dani tentang ini coalnya..:-p Ya itulah, CS/frontliner, sbtlnya meski jd bemper perush , sebetulnya itu sudah tanggung jawab dan SOPnya, asal perush back up. Terutama kalo perush udah bikin salah, udah aturan gak jelas, CS sering jg gak dibekalin info yg jelas pula, sudah deh jd sasaran amukan custmr. Harusnya juga. sesalah2nya staff, urusan itung2an sama staffnya belakangan, tpi perush kudu kasih penjelasan dan ngurusin ke cust dulu, jg CSnya atau frontlinernya dimajukan tapi gak dikasih 'senjata' buat perang... mati kutu bener deh ! >>>nyehehehehe. kadang mengalami hal yang sama,Mbak. XD JADI BEMPER, D U L U. XD aiissh, masih jg curcol dimari :)) >>>Dipersilakan curcol sebanyak-banyaknya! XD |
srisariningdiyah wrote on Jul 29, '11
Responku
si masi sama dgn di tempat dani.. 50-50, setiap pekerjaan menurutku
melayani total, jadi ketika kita sudah berusaha melayani total
profesional dlm pekerjaan dan giliran dilayani org lain yg main2, wajar
saja merasa tidak terima.. Tinggal caranya mengungkapkan yg dipilih,
kalau aku pilih cari tahu masalah dgn damai dulu, kalo masi dipermainkan
ya wajar kalau ada surat melayang, apalg keluar di blog, hehe
|
sarinurichsanty wrote on Jul 29, '11
xd apaan?
|
ninelights wrote on Jul 29, '11
srisariningdiyah wrote today at 10:55 PM “giliran dilayani org lain yg main2, wajar saja merasa tidak terima..” >>>tentu kalau ini saya setuju,Mbak Diyah. Sangat wajar malah, kalau merasa tidak terima… Kalo curhat sama temen serius yang minta didengerin malah celelekan aja, juga bisa gondok, apalagi ini.:) “Tinggal caranya mengungkapkan yg dipilih, kalau aku pilih cari tahu masalah dgn damai dulu, kalo masi dipermainkan ya wajar kalau ada surat melayang, apalg keluar di blog, hehe” Setuju dan wajar juga sih,kalo menurut Rana… I mean,meski ada perasaan dongkol di hati tapi nggak keburu untuk maki-maki atau ngancam-ngancam orang mau ini itu onoin yang bersangkutan, sebelum cari tahu masalahnya apaan. Apalagi kalau sudah menyangkut nama baik individu juga perusahaan.Itu maksudnya sih,Mbak.^_^ |
ninelights wrote on Jul 30, '11
darnia wrote today at 11:06 PM
*standing applause untuk jurnal ini* Suwe gak krungu dicucup mbun mbunane XD >>>*melu keplok-keplok,njuk keturon* *halah* *ketjup Dani :)* |
ninelights wrote on Jul 30, '11
sarinurichsanty wrote today at 11:14 PM
xd apaan? >>> icon nyengir super lebar,mbak! hehe |
ninelights wrote on Jul 30, '11
askwhy wrote today at 11:21 PM
“Setiap pekerjaan mempunyai resikonya masing2 mbak, seperti menurut Mami Agatha dan mbak Ari...memang seharusnya CS itu adalah pekerja yang disiapkan untuk menghadapi Customer dengan memberikan Service yang sama baiknya dengan Service yang di iming2i perusahaan. Itu adalah Death Rule, ndak bisa di tawar... Pekerjaan itu di buat supaya ada frontliner dari perusahaan sehingga segala permasalahan yang muncul di sisi customer bisa di atur eskalasinya dan di pilah-pilah untuk disampaikan ke bagian yang memang berhubungan dengan permasalahan Customer.....jadi, ya itulah...di dunia kerja, kita tidak bisa mengharapkan orang lain maupun perusahaan menjadikan kita fokus atensi mereka baik dalam hal keluhan maupun persoalan2 yang muncul....justru sebaliknya, hukum yang berlaku adalah " lu mau terima duit dari perusahaan ini, ya lu ikut aturan disini".....death rule...” >>> ^_^ Terima kasih untuk responnya… Kemungkinan ada bagian yang Mbak Wahyu lewatkan dari postingan saya. Saya sudah mengakui, “Tapi, hey, bukankah sudah merupakan salah satu syarat seorang ‘customer service’ untuk tegar menghadapi cobaan?” Dan saya mengatakan ini juga, “memilih untuk tetap bertahan tapi terus mengeluh dan nggak bakalan selesai keluhannya tapi tetap bekerja di perusahaan itu, atau keluar, mengikuti ‘lentera jiwa’ sebagai seorang penulis. Well, salah satu bahan pertimbangan untuk kemudian saya memilih pilihan kedua adalah karena saya memang merasa tidak bakat untuk menjadi seorang customer service, yang istilahnya Dani, bisa bermuka poker setiap saat.” Dan saya memilih pergi:) |
ninelights wrote on Jul 30, '11
askwhy wrote today at 11:21 PM
“Kalau sampe ada seorang CS yang harus angkat2 barang, anter2 surat dan pekerjaan2 lain diluar 'job description' nya CS dan kemudian saat menghadapi customer jadi meleleh karena tekanan dari Customer..itu sama dengan bunuh diri sebelum bertemu musuh..kesalahannya adalah di 'job desc." yg tidak dijalankan sesuai dengan aturannya, di kondisi seperti itu seorang CS harus 'play smart'.....jadi delegasikanlah pekerjaan2 u tama yang memang bukan tugas CS ke bagian yang memang biasa melakukannya, timbanglah sendiri beban pekerjaan kita sebelum kita memilih berbaik hati mengerjakan pekerjaan di luar job desc. kita, jangan sampai kita berniat berbaik hati pada pihak lain tapi tapi tugas utama kita terabaikan atau menjadi bermasalah...” >>> kemungkinan jika saya jelaskan lebih detail dan serinci-rincinya, maka saya akan benar-benar menjadi pencoreng image (mantan) perusahaan tempat saya bekerja seperti yang Mbak Wahyu katakan. Maka saya lewatkan saja …:) |
ninelights wrote on Jul 30, '11
askwhy wrote today at 11:21 PM
“Seorang CS tidak boleh berharap bahwa customer mengerti persoalan kerja yang di hadapinya....it's not the working rule, mbak...selalu ada dinding antara CS dan customernya, dan itu adalah privacy/internal perusahaan...sekali seorang CS mengeluh di depan customer mengenai beban kerjanya, maka itu sama halnya dengan membunuh perusahaan perlahan-lahan...” >>>Alhamdulillah, saya tidak pernah mengeluh di hadapan customer saya pada saat saya masih bekerja di perusahaan tersebut, juga setelah saya keluar di perusahaan itu (kecuali dengan internal yang dulu pernah sama-sama bekerja di perusahaan itu,itu pun tidak semua dapat dibagi), Mbak Wahyu. Di postingan ini saya niatkan untuk berbagi, ‘sekedar’ berempati pada profesi yang kebetulan dulu pernah saya alami, dan berniat untuk ‘jangan keburu murka dan melontarkan makian’ kepada para pelayan masyarakat (yang bukan Cuma CS, tapi petugas warnet, tukang photo copy, Office Boy, pelayan di kafe dan restoran dan lain-lain). Saya berbagi berniat untuk share rasa empati, menghormati dan menghargai para pelayan masyarakat. Memanusiakan manusia yang bekerja untuk melayani orang lain. |
ninelights wrote on Jul 30, '11
@Mbak Wahyu:
Kemungkinan ilmu saya masih teramat rendah untuk memahami quote di bawah ini, Mbak Wahyu. “ada ilmu yang pernah di ajarkan oleh seorang CS seniorku..do not expect your customer to be part of your life, to understand you (CS), because you are pinched in a new hole that can collapsing your company into dust.....sedemikian dahsyatnya kan?” Tapi saya juga bukan tipe orang yang seenak jidat menjembrengkan list detail keburukan internal perusahaan dengan lantangnya di hadapan customer yang akan menggunakan jasa perusahaan, yang juga telah menggaji saya tiap bulannya. Tapi terima kasih sudah mengingatkan. Akan saya ingat baik-baik jika nanti saya jadi CS lagi…:) |
ninelights wrote on Jul 30, '11
askwhy wrote today at 11:21 PM
semoga bermanfaat ya mbak..karena saat ini saya sendiri banyak ketemu CS atau orang2 yang bekerja di pelayanan masyarakat justru nggak tau untuk apa mereka di tempatkan disana..sehingga makin lama makin menjadi pencoreng image perusahaan....:) >>>Saya kbetulan melampirkan komen terakhir dari lapak sebelah, “ninelights wrote today at 1:34 PM eh,eh, nganu,Dan.saya jd teringat ucapan seorg tmn dan kpengin nyambung2in omgannya dgn mslh ini.. intinya,selama perusahaan sdh memanusiakan karyawannya,'gak papa' deh kalo org luar komplen.namanya jg CS,frontliner dsb,sbt,yg kerjanya mmg melayani.*nyesek yo?haha:-D* tapi kalo enggak,yah,si CS itu sdr yg hrs mmilih.tetep ngeluh sama kerjaannya tapi msh aja kerja dstu,ato udahan..:-)” dan, Mbak Wahyu bisa baca komennya satu persatu di link http://multiply.com/m/item/darnia:journal:388?replies_read=99 sekedar tahu, kenapa sampai saya posting begini. Terima kasih.:) |
ninelights said
![]() ![]()
di
mengerti , mbak....tidak semua perusahaan juga punya job desc. yang
jelas untuk setiap karyawannya, apalagi kalau hanya perusahan sedang
menengah, dan ndak menggunakan standar umum atau ISO apalah...biasanya
pake rule dan management buatan sendiri....kembali ke diri kita yang mau
memilih kerja di sana (sudah harus mengetahui status perusahaan dari
awal) dan kesediaan serta kesiapan kita menghadapi segala kemungkinannya
bekerja di tempat itu...:)
|
ninelights said
![]() ![]()
niat
baik yang harus di dukung mbak, mengingat saat kini begitu banyak orang
semakin sulit memahami perbedaan antara bagaimana bersikap sebagai
customer terhadap CS maupun sebaliknya, apalagi setelah budaya '
menggunjingkan orang' menjadi budaya yang di anggap hiburan bernilai
jual mahal di negri ini, membuat begitu banyak pihak yang pada dasarnya
sudah salah bersikap kemudian mencari pembenaran atas kesalahan sikapnya
itu lewat media..kalau mau di runut2 ya dampak nya sampai kesana
juga.....semoga dunia ndak semakin kebalik2 ya mbak....:)
|
ninelights said
![]() ![]()
Biasanya
kalau kita pernah kerja di perusahaan orang lain dan juga pernah
menjalankan usaha sendiri, akan bisa melihat perbedaannya dan menyadari
kenapa akhirnya ada aturan2 yang mengikat karyawan untuk membatasi
keterbukaannya kepada umum lewat jarsos, seperti nasib seorang teman
yang mendapat posisi cukup tinggi di perusahaan besar dan terkenal
peraih ISO ini dan itu, salah satu job.desc dan death rulenya adalah
'tidak boleh memiliki account di jarsos manapun (FB, Twitter, bahkan
Blog) sehingga aku harus sibuk membantunya menghapus semua account2nya
di jarsos demi keselamatan posisinya di tempat kerja...hehehe
|
rembulanku wrote on Jul 30, '11
hmmm...... baca postingan dan komentar
cuman bisa manthuk2 |
ninelights wrote on Jul 30, '11
onit wrote today at 2:57 AM, edited today at 2:58 AM
jadi inget pernah ke resto dgn 2 org yg beda (si a & si b). resto besar (walopun tidak mewah) yg standarnya mustinya tau dong cara bikin teh anget. hasilnya bbrp kali ke situ: teh anget yg tidak anget :p >>>semacam ES teh anget ngunu yah,Onit? :-p mau pilih jadi si a atau jadi si b? :D si a: mas, sini. (sambil mendelik) (si mas menghampiri) si a: kok tehnya gak anget sih. ganti dong. *** si b: mas, mas, kene kene. (sambil melambai) (mas menghampiri) si b: kene mas, dhemeko gelase (mas memegang gelas) si b: piye, anget ora? mas: mboten pak si b: lha iyoo.. wong pesene teh anget kok ora anget. aku njaluk si anget yo. >>>hehehe,kebetulan,dua-duanya(seingat Rana) belum pernah ngituin pelayan...tapi biasanya pernah liat temen gituin pelayan... bukan cuma soal sepele semacam teh anget sih, antrian nunggu datangnya makanan yang lama bu-ud juga bisa jadi masalah. XD mungkin pengaruh karakter juga yah,Nit? yah,itu tadi, 'standar harus ngomel' ke pelayan masyarakat tiap orang beda-beda.^_^ kalo di contoh Onit yang A, terendus karakternya blak-blakan yah?:-p kalo B, alus, tapi 'nibakke',hehehehe.Tapi gak papa juga sih,biar setelah itu direnungkeun juga model teguran gaya guyonannya B, biar lain kali gak diulangi. :-p |
ninelights wrote on Jul 30, '11
onit wrote today at 3:01 AM
numpang curcol. aku pernah punya pengalaman jelek sama cs. tapi posisiku bukan sebagai transisi maupun sebagai customer. waktu itu posisiku sebagai troubleshooternya :p alias yg ngerjain masalah2 customer yg diterima oleh cs. suatu hari ada customer, dan si cs tau kalo itu org kenal sama aku. ehhh aku disuruh nemuin si customer ndiri. cs gak tau jobdesc :p akhirnya kulaporin si boss.. hahaha >>> terus csnya mutung gak,Nit? :-p |
ninelights wrote on Jul 30, '11
askwhy wrote today at 5:38 AM
hehehe, bukan kontakku kayaknya ya mbak....ndak sopan kalo tiba2 komen.....tapi intinya bener to, kalau memang siap dengan pekerjaannya, ya harus siap dengan resikonya...ya ndak, mbak?.... >>>hu-um,Mbak Wahyu. Setuju! ^_^ |
ninelights said
![]() kalo B, alus, tapi 'nibakke',hehehehe.Tapi gak papa juga sih,biar setelah itu direnungkeun juga model teguran gaya guyonannya B, biar lain kali gak diulangi. :-p ![]()
hihi aku sih suka sih b.. krn si pelayan jadi nyengir2 gitu hihihi..
paling gak si pelayan diajak utk mengerti alasannya kenapa produk tidak memuaskan :D |
ninelights wrote on Jul 31, '11
askwhy wrote today at 5:40 AM
pilihan bijak, mbak.... >>>harus memilih,memang,Mbak Wahyu. ^_^ Akan sangat mempengaruhi urusan perusahaan juga bila saya tetap di tempat lama, sementara saya tetap kekeuh melakukan pekerjaan lain diluar itu jika kemudian hasilnya tidak maksimal semua. Akan sangat tidak profesional. :) |
ninelights wrote on Jul 31, '11
askwhy wrote on Jul 30, edited on Jul 30
kembali ke diri kita yang mau memilih kerja di sana (sudah harus mengetahui status perusahaan dari awal) dan kesediaan serta kesiapan kita menghadapi segala kemungkinannya bekerja di tempat itu...:) >>>tentunya, gak juga harus person yang bekerja di perusahaan,sih,menurut saya..:) di semua jenis pekerjaan yang ada,tentu ada resiko, ada kerugian, ada keuntungan. Tapi memang yang lebih penting lagi kalau hati sudah menyatu dengan pekerjaan itu, maka, ada cobaan apa pun, hati tetep tegar dan tidak mudah surut tenaga. langkah juga enak, beban juga jadi diringankan. Bukan begitu?:) |
ninelights wrote on Jul 31, '11
askwhy wrote on Jul 30
niat baik yang harus di dukung mbak, mengingat saat kini begitu banyak orang semakin sulit memahami perbedaan antara bagaimana bersikap sebagai customer terhadap CS maupun sebaliknya, apalagi setelah budaya ' menggunjingkan orang' menjadi budaya yang di anggap hiburan bernilai jual mahal di negri ini, membuat begitu banyak pihak yang pada dasarnya sudah salah bersikap kemudian mencari pembenaran atas kesalahan sikapnya itu lewat media..kalau mau di runut2 ya dampak nya sampai kesana juga.....semoga dunia ndak semakin kebalik2 ya mbak....:) >>>minimal yang datang di postingan ini tidak begitu. Itu sudah lebih dari cukup.^_^ Ini postingan juga sebagai pengingat kok, kalo Rana juga masih belajar.Karena kadang suka aja khilaf giniin atau gituin orang...:( |
ninelights wrote on Jul 31, '11
askwhy wrote on Jul 30
Biasanya kalau kita pernah kerja di perusahaan orang lain dan juga pernah menjalankan usaha sendiri, akan bisa melihat perbedaannya dan menyadari kenapa akhirnya ada aturan2 yang mengikat karyawan untuk membatasi keterbukaannya kepada umum lewat jarsos, seperti nasib seorang teman yang mendapat posisi cukup tinggi di perusahaan besar dan terkenal peraih ISO ini dan itu, salah satu job.desc dan death rulenya adalah 'tidak boleh memiliki account di jarsos manapun (FB, Twitter, bahkan Blog) sehingga aku harus sibuk membantunya menghapus semua account2nya di jarsos demi keselamatan posisinya di tempat kerja...hehehe >>>Kalau di lingkungan perusahaan apalagi yang besar, memang ada kewaspadaan cukup tinggi mengenai hal itu. :-p Tapi lagi-lagi tergantung di masing-masing individu sih aslinya memang. Dan lagi-lagi akan balik lagi ke pokok pembicaraan yang tadi, "kalau masih bekerja di situ,ya susah senang,terima.kalo enggak,ya udahan".kalau ada keluhan sampe keposting di set everyone, aslinya yang paling dirugikan ya individu sendiri :-p Itu juga sebenarnya berlaku untuk para customer yang mentwit,FB,ato ngempiin keluhannya yang belum berdasar dan lalu menjelek-jelekkan pekerjaan atau perusahaan lain. :) Kalau perusahaan atau kliennya niat, tuntutan bisa dilakukan. Tapi kalau enggak, minimal si customer akan kena pelajaran moral= malu. But well, inti dari postingan ini bukan cuma sekedar fokus tentang CS saja, sebenarnya. Bukan tentang CS yang sedang membocorkan rahasia perusahaan juga. Tapi lebih ke,ya,itu tadi, keempatian kepada pekerjaan orang lain. CS juga manusia. Tentu juga pastilah mereka nggak luput juga dari salah. Dan tentu ada standar kesalahan yang memang masih patut ditolelir,atau sudah enggak bisa lagi dimaafkan. Juga, ada CS yang memang sepantasnya untuk ditegur oleh customer karena kelalaiannya dalam melakukan tugas, dan CS akan merenungi dan tidak melakukan kesalahan itu lagi. Ada juga customer yang kelewatan sampai membuat pekerjaan seorang CS lebih rendah dari pembantu (pada pembantu pun mulia pekerjaannya), berujung dengan mengkambinghitamkan, sampai dengan pemecatan. Intinya di postingan ini, empati sih. Gak keburu napsu ndamprat orang lain kalau bicara halus masih bisa dilakuin. :) |
ninelights wrote on Jul 31, '11
onit wrote today at 12:06 AM
ora.. :p bagus lah dia jadi gak berani lagi sembarangan ke aku setelah ditegur bos. soale si cs itu emang udah tua, udah lama di situ & aku anak baru. ya teteup dong punya jobdesc masing2..:p >>>kalau bisa menerima, bagus berarti yah?^_^ |
ninelights wrote on Jul 31, '11
onit wrote today at 12:07 AM
hihi aku sih suka sih b.. krn si pelayan jadi nyengir2 gitu hihihi.. paling gak si pelayan diajak utk mengerti alasannya kenapa produk tidak memuaskan :D >>>Iya..Rana kalo denger juga bakalan ngekek kok...XD |
ninelights wrote on Jul 31, '11
saturindu wrote on Jul 30
my lovely room :) >>>ais,sedap! selamat ngepos,kakak! ^_^ rembulanku wrote on Jul 30 hmmm...... baca postingan dan komentar cuman bisa manthuk2 >>> *saya geleng-geleng* :-p jampang wrote on Jul 30 gak enak emang jadi bemper.... tp mencoba menikmati. >>>*sodorin teh anget* |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar