Cerita Empat Jam Sebelum Fajar | for Rana's network |
Malam
ini belum berakhir. Satu malam yang menuntunku untuk tetap terjaga dari
tidur yang seharusnya sedikit panjang setiap malamnya.
Terluka. Mungkin beda cerita. Tapi aku tak pernah lupa rasanya. Suatu rasa yang dulu telah sering kulewati..
Tidak bisa kutemui marah. Tidak bisa kutemu sedih. Hanya datar. Sementara hati seperti hilang tiba-tiba entah kemana.
Tidak bisa kutemui marah. Tidak bisa kutemu sedih. Hanya datar. Sementara hati seperti hilang tiba-tiba entah kemana.
Hambar. Hampa. Senyap.
Telah kudirikan sebuah bangunan itu dengan tangan penuh darah karena luka. Dengan air mata karena perihnya. Dengan keringat karena kerasnya. Dengan perasaan penuh harap semuanya akan selalu baik-baik saja. Lalu datang tangan lain menghampiri untuk sekedar iseng menarik satu tiang penyangga hingga membuat bangunan itu miring dan keropos.
Ini bukanlah apa-apa..
Ini bukanlah apa-apa..
Aku hanya tak bisa tertawa. Sedih. Atau berteriak lantang.
Aku hanya merasa sendiri..sementara serpihan bangunan itu kupungut satu per satu mengiringi lalu lalang orang yang datang dan lalu pergi, seperti biasanya..
.Aku tiada.
-rana-
Telah kudirikan sebuah bangunan itu dengan tangan penuh darah karena luka. Dengan air mata karena perihnya. Dengan keringat karena kerasnya. Dengan perasaan penuh harap semuanya akan selalu baik-baik saja. Lalu datang tangan lain menghampiri untuk sekedar iseng menarik satu tiang penyangga hingga membuat bangunan itu miring dan keropos.
Ini bukanlah apa-apa..
Ini bukanlah apa-apa..
Aku hanya tak bisa tertawa. Sedih. Atau berteriak lantang.
Aku hanya merasa sendiri..sementara serpihan bangunan itu kupungut satu per satu mengiringi lalu lalang orang yang datang dan lalu pergi, seperti biasanya..
.Aku tiada.
-rana-
Tags: sehari-hari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar