Selasa, 07 Agustus 2012

Black - Mail dan Laki - Laki


Apr 6, '09 10:50 AM
for Rana's network

Mungkin saya hanya sedang berada pada tempat dan waktu yang kurang tepat hingga harus mengalami kejadian seperti ini. Namun dalam kurun waktu tiga hari ini, saya menemukan dua masalah yang membuat saya pribadi terus terang dijangkiti perasaan muak dan marah. Dan lebih muak lagi, karena saya tidak mampu berekspresi dan mengungkapkan kegeraman saya langsung di depan mereka.

Saya diperas, ini yang pertama. Sebenarnya tujuan orang ini memeras bukan langsung ke saya, tapi ke teman saya. Namun  karena saya membawa nama baik perusahaan dan saya satu team dengan teman saya, dan saya berdiri di sampingnya persis, maka urusan pemerasan uang ini juga menjadi urusan dan kemarahan saya juga.

Saya yakin betul kalau tujuan pemerasan secara terang-terangan dan sangat tidak pada tempatnya ini berani dia lakukan karena nama besar perusahaan kami dan karena terutama sekali kami ini adalah perempuan, yang dipandang lemah,yang bisa digertak dengan keperkasaan, jabatan dan kewenangan mereka semata.

Ok, kalau solusi untuk tetap memberikan uang ini bisa kami lakukan agar urusan tidak semakin panjang dan melelahkan, kami akan lakukan. Tapi posisi kami saat itu benar-benar run out of money. Namun terlepas dari ketidakpunyaan kami saat itu, orang inipun sebenarnya tidak ada kaitannya sama sekali dengan urusan kami di tempat itu. Namun 'permohonan' untuk menyumbangkan uang kami padanya terus saja dia lakukan dengan nada yang kurang menyenangkan pula.

Hoh..Mendidih rasanya merasakan situasi seperti itu, tapi saya masih diam dan hanya mendengarkan teman saya yang beberapa tahun lebih tua umurnya dari saya untuk menjelaskan posisi kami sebenarnya,agar dia tahu..agar dia mengerti..Tapi, dia tetap ngotot meminta dengan alasan yang menurut saya sangat tidak penting dan sangat bukan urusan kami sama sekali..

Saya lalu mencoba sedikit membantu teman saya dengan mengalihkan pembicaraan ke topik lain yang berkaitan dengan tugas kami. Tapi ternyata orang satu itu tetap tidak tahu diri dan tetap saja meminta uang. Karena orang itu segitu tidak percayanya kalau kami ini benar-benar tidak sedang membawa uang seperti yang dia harapkan, teman saya lalu membuka dompet pribadinya dan menunjukkan padanya kalau di dalam dompet besar itupun, dompet pribadi teman saya itu (saya kebetulan tidak bawa dompet, dan hanya membawa perlengkapan berkendara dan uang dua ribu rupiah di kantong) memang tidak ada uangnya. Saya berharap dia cukup tahu diri sampai di situ dan memaklumi. But you know jawabannya apa, " Ya golek ATM sek kek po piye carane.."(baca : ya, cari ATM dulu kek atau bagaimana caranya..)

Ekspresi saya seketika itu langsung berubah. Kalau saja, kalau saja saat itu saya tidak berpikir seribu kali dulu dengan tidak memikirkan nama baik perusahaan dan teman-teman saya yang lain, saya sudah maju, menuding orang itu ditambah bonus perkataan dan pelototan yang pasti akan membuat orang-orang di tempat itu akan fokus ke kami dan menilai saya terlalu rendah. Namun ternyata raut muka saya yang sudah sangat memendam amarah yang sampai diubun-ubun hingga seluruh wajah terlihat memerah, dan saya sengaja menatap sejurus dan tajam ke matanya, dia lalu menyingkir teratur, meninggalkan kami dengan tangan hampa.

Kedua, dengan tidak menghormati rasa hormat dan respect saya kepada seluruh teman laki-laki saya di dunia maya maupun dunia nyata, saya dan teman perempuan saya telah dan sering dibiarkan menjadi kuli, padahal dengan jelas-jelas, dengan sangat jelas, ada pria yang lebih kuat, dan memiliki otot, dan mampu secara lahir dan batin untuk melakukan itu semua, tapi mereka diam saja. Dengan alasan tidak tertulis dan terucap, karena kami sudah cukup mampu untuk melakukan itu sendirian jadi mereka membisu dan seolah tidak terjadi apa-apa dan tidak akan apa-apa.

Pernahkah para pria ini sadar kalau suatu hari nanti kami ini akan menjadi seorang ibu ? Pernahkah sadar kalau semua kegiatan kelaki-lakian itu amat sangat mempengaruhi kesehatan rahim kami suatu hari nanti, kelak di kemudian hari kalau kami, saya menikah, dan bercita-cita memiliki anak ? Apa para pria ini sadar ? Apa pria ini memiliki nurani untuk bisa melihat kami lebih dekat, tanpa kami harus meminta tolong terlebih dahulu ? Apakah pria ini tahu diri ? Mengerti, dalam huruf besar dan digaris bawahi ?

Saya memiliki seorang teman wanita yang sudah menikah, menanti jabang bayi tapi menderita penyakit kista, sebuah penyakit yang berhubungan dengan kelainan pada rahim mendekati ke arah kanker. Meskipun sudah meminum obat dan sudah tidak mengeluh sakit lagi karena meminum obat itu, tapi tetap saja tidak boleh terlalu kelelahan dalam hal apapun. Namun beberapa hari, terutama hari ini, dia mengeluhkan sakit di perut. Terus terang saya kawatir. Tapi saya tidak bisa berbuat lebih, hanya memberi perhatian sekenanya. Beberapa minggu ini dia bercerita kalau dia tidak kelaur haid, dan kami mendoakan semoga didalam perutnya itu si jabang bayi. Namun kemarin katanya dia kelaur haid lagi dengan keluhan sakit yang lumayan. Sampai pada suatu kejadian yang memang sangat menguras tenaga hingga kemudian teman saya yang baru saja dari kamar mandi ini menunjukkan semacam gumpalan daging didalam sebuah plastik, yang disekelilingnya diwarnai darah kental yang kata teman saya tidak bisa dihilangkan meski sudah dibasuh air. Dia memang tampak kawatir tapi masih biasa saja, tapi begitu telepon ke suaminya untuk meminta mengantarkan dia pergi ke dokter, tangisnya tidak bisa dibendung karena saking syocknya.

Saya berharap teman saya ini baik-baik saja dan gumpalan itu adalah 'penyakit'nya yang berhasil dikeluarkan bukan calon bayi seperti yang kami perkirakan..Namun apapun hasilnya nanti, saya berharap, saya berharap dengan sangat, ini menjadi pelajaran sangat berharga buat para laki-laki ini untuk bisa melihat kami lebih dalam..Saya tidak akan mengungkapkan ini di depan yang lain karena perkataan saya akan menjadi sumbu yang akan membakar seisi ruangan. Terlebih karena ungkapan kami sebelumnya tidak juga di dengar dengan lebih baik. Tapi saya yakin, suatu hari nanti para laki-laki ini membaca apa yang saya tulis dan semoga dengan tulisan saya yang Insya Allah menjadi sejarah di blog ini, para laki-laki ini benar-benar bisa lebih menghargai kami selayak manusia dan perempuan seutuhnya..

Thank you very much..

-rana wijaya soemadi-
Kotatua Kedinginan
5 April 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar