Rabu, 08 Agustus 2012

Di Balik Kata yang Menyakitkan


Jun 26, '09 9:03 PM
for Rana's network
Saya biasanya sering meralat omongan teman dekat yang mengatakan, ‘duh, bodohnya aku..’ atau ‘ aku memang bodoh ‘ kalau mereka merasa gagal atau merasa tidak lebih pandai dari lawan bicara. 

Sedikit menganggu pikiran saya bahwa seolah Tuhan menciptakan kita di dunia ini tidak ada artinya selain untuk menjadi manusia bodoh dan tidak berguna. Mungkin niat awal saya adalah untuk menghibur dan membangkitkan hati mereka. Tapi lebih dari itu, saya percaya bahwa tidak ada manusia yang bodoh di dunia ini. Mereka hanya belum mengerti (tentang hal baru yang sedang mereka hadapi sekarang). Itu saja.

Saya bukan manusia pintar yang mampu menaklukkan segala ilmu dunia. Dalam berbagai hal, saya malah cenderung terlalu banyak tidak tahu, terlalu sering bertanya dan bahkan berujung pada sering diremehkan. Tapi soal hal yang menyangkut ‘bodoh’, seorang Kim Peek saja yang dari fisiknya terlihat *maaf* sangat idiot, autis, dan terlalu jauh untuk disebut normal, malah memiliki kemampuan otak jauh sekali di atas rata-rata otak manusia dan sangat jenius dalam 15 bidang yang berbeda ! So why we should judge ourselves with word, ‘stupid’?

Ya, dulu saya pernah mengakui bahwa diri saya bodoh. Ketika itu saya masih berjuang untuk meyakinkan hal penting yang masih sangat di pandang sebelah mata oleh sebagian orang dan membuat saya merasa, ‘Ok, I’m truly alone at this point.’.  Pada kenyataannya, kata bodoh itu tetap terasa menyakitkan. Bahkan saya merasa telah menghakimi diri sendiri. Seolah-olah, setelah ini, saya tidak layak untuk hidup lagi karena saya sudah membodoh-bodohi diri saya sendiri dan sudah sangat gagal sebagai manusia.


Beberapa minggu belakangan ini saya seperti memasuki lorong pintu yang di setiap pintunya membuat jalan saya semakin berat dan lelah. Bahkan, saya dua kali mendapati seorang teman saya, sebut saja Gege, memergoki saya sendiri sedang melamun.

Saya sering kali memalingkan pandangan ke luar jendela, menatap diri sendiri dan menelan impian yang rasanya semakin jauh jaraknya, dengan dada sesak dan pahit.

Satu hari, seseorang yang bernama Yayak, seorang pria yang saya hormati, yang membuat saya merasa selalu ingin berterima kasih walau bagaimanapun keadaan yang terjadi di sekitar, dengan apa yang beliau ajarkan pada saya selama ini, sedang melakukan, apa yang disebut ujian hati dan pikiran. Dalam satu hari itu, bahkan aura kesedihan, ketegangan, marah, emosi, simpati, iba, dirasakan juga oleh teman-teman lain meski bukan mereka yang merasakan langsung.

Apalagi, ketika kemudian, sampai juga Yayak mengatakan dengan nada remeh, meluncurkan kata yang harusnya tidak perlu, hanya untuk lebih menyakiti perasaan lawan bicara. Dia bilang kalau saya ini bodoh,.Dengan ‘b’ kecil, ‘o’ kecil, ‘b’ kecil lagi, dan ‘o’ kecil. Tapi diulang-ulang.

Pahit. Bahkan ketika saya merenungi dan bertanya, ‘ Apa memang selama perjalanan hidup ini apapun yang saya lakukan selalu berakhir pada kata ‘bodoh’..?’

 I have no clue for those questions. Just heart breaks and pain only.




Segala peristiwa kecil dan besar yang saya lewati beberapa minggu belakangan ini, semakin mempengaruhi pikiran dan membuat saya merasa, dengan keadaan hati yang sudah kelelahan, ‘Ok. That’s it.Take me out..’

Namun malam itu belum berakhir. Gege, teman yang sering memergoki saya melamun, tampak masih penasaran dengan apa yang terjadi. Keadaan tadi memang sempat membuat beberapa orang di sekitar tertegun dan bersimpati pada apa yang saya lalui. Namun saat wajah saya masih meninggalkan duka yang tidak bisa disembunyikan, akhirnya Gege, teman saya, mengeluarkan kalimat (yang saya rangkum ) kurang lebih  begini pada saya,

“ Na, memang kalau dipikir-pikir, kata-katanya Yayak itu dalem..banget. Dan rasanya amat sangat nyakitin di hati dan bikin makan ati. Tapi kalau kamu terus mikirin itu, masalah nggak akan selesai. Dan malah yang sakit kamu sendiri, bukan dia. Aku juga pernah digituin kok. Sering malah, “ Saya langsung menatap wajah Gege, “ Kalau pengen diperpanjang masalahnya, rasanya saya pengen ninggalin aja. Tapi baiknya dia, kalau sudah ya sudah.  Besoknya, dia nggak akan mengungkit hal itu lagi. Mungkin hikmahnya, dia sedang melatih mental kita untuk menjadi manusia yang lebih berani dalam menatap hidup meski dengan cara yang kadang kita sendiri nggak paham..Jadi, udah….kita tanggapi semua sikapnya dengan tawa ajah..tertawa bareng kita..Ok, Na..?,”

Saya diam dan sesekali mengamati teman lain yang ikut menambah omongan. Kalau boleh jujur, saya masih merasa sedih malam itu. Tidak mungkin begitu saja saya hapus. Tapi sedih saya berkurang banyak karena perkataan seorang Gege, orang yang paling sering ‘menyia-nyiakan’ saya, tapi ternyata juga paling memperhatikan keadaan saya disitu. Dan terlebih, dia tahu rasanya sakit hati saya, lebih dari yang saya tahu.

Karena apapun yang terjadi, waktu terus berjalan dan kitapun harus tetap melewatinya..Tidak perduli pahit..tidak perduli manis..

Mungkin saya hanya sedang lelah..Mungkin saya hanya sedang butuh bersandar sejenak..Merenungi dan percaya, bahwa Tuhan pasti memiliki tujuan di setiap apa yang sedang saya lalui saat ini..

Dan belajar untuk percaya, bahwa saya tidak pernah sendiri di dunia ini..and trust my self for ‘don’t’ worry about a thing..coz every little thing is gonna be alright...*pada akhirnya nanti..



-Rana W.S-





* Three Little Birds, Song by Bob Marley
*nama teman-teman adalah bukan nama sebenarnya

Pic :im.in
reply edit delete

3 CommentsChronological   Reverse   Threaded
alexast wrote on Jun 26, '09
*bingung ih mau komen apa*
ninelights wrote on Jun 26, '09
@Alex :

..Apa,Alex..:-)


Kan biar ga bisulan katanyah..^^
ayutyas wrote on Jun 29, '09
Hmm..Ak msh blm ngeh dgn postinganmu ini Na. Mgk memang aku bodoh..Ooh..

Oke oke,baiklah. Akn kubaca sekali lg dan kumengerti. :D





Tidak ada komentar:

Posting Komentar