for Rana's network |
Dia adalah satu di antara tujuh sahabatku yang bersama selama tiga tahun di masa kuliah dulu. Di tahun pertama kami tidak begitu dekat. Hanya mengenal lewat daftar presensi dan dibatasi jarak antar anggota dan ketua kelas. Baru, saat PKL di Bali, gara-gara kekonyolanku yang luar biasa itu *hehe*, membuat kami jadi satu sampai saat ini. Selain itu, dia adalah salah satu sahabat yang membantuku memperbaiki tata bahasa untuk tugas akhirku yang pake bahasa inggris semua, yang lumayan bikin bibirku manyun lima centi ke depan karena suka kebalik-balik dan ngulang kesalahan terus *sorry, Buwwk. Kan gak mudeng itu sebagian dari lupa, sampai sekarang juga masih..gak berubah kan?;-D*.
Karena kangen, aku pun sengaja menelepon untuk mendengar suaranya. Mungkin ibarat orang pacaran, dunia saat itu terasa milik kami berdua. Kami cerita panjang lebar kali tinggi sama dengan lama, ketawa ketiwi, cekakak cekikik, sampai kemudian,
" Gak minta diajarin lagi, Na?"
" Bheeeeeeeee..."
Dan dia cuma, " BwaHahahahahaha!"
Namanya Rifna Inayati dan dua minggu lagi dia akan menikah..^^
* * *
Akhirnya....
aku melihat sahabatku berdiri dengan anggun di panggung itu. Sesekali tersenyum. Sesekali mengamit mesra tangan lelaki berkostum putih bersih di sampingnya. Beberapa tamu undangan yang datang kemudian satu per satu naik untuk berjabat tangan dengan pasangan pengantin dan berfoto bersama di singgasana pelaminan itu. Hari itu, Minggu, 17 Mei 2009, dan kami senang akhirnya satu orang diantara kami telah mengawali episode baru bernama 'saling berbagi'.
* * *
Aku masih melihat sahabatku berdiri di panggung itu, sementara Nenek, satu sahabat lain, yang berpostur mungil, berwajah imut*hehehe, mo aku huweeekin, gak tega, nek*, dan bersuara mirip nenek-nenek hingga dipanggil Nenek *dulu protes, tapi dia merelakan panggilan itu melekat pada dirinya karena lain daripada yang lain, sampai sekarang*, ribut mau mengajukan Mbak Novi dan aku untuk menyanyi di atas panggung. Dia juga berhasil membawa suporter supaya Mbak Novi, dan terutama aku, mau mengeluarkan suara disana, demi Rifna.
Hehehehehehehehehe.
Andai saja yang datang anak-anak muda berkaos oblong atau bergaya casual, tidak akan sungkan-sungkan aku menyumbangkan lagu 'foolish games'nya Jewel. Tapi saat itu, textnya pun aku tiba-tiba jadi lupa-lupa ingat. Dan yang paling penting, hari itu adalah hari bahagia, dan acaranya pernikahan..Tidak mungkin aku bikin para orang tua banyak yang jantungan.
Mbak Novi, yang suaranya jauh...lebih bagus, yang lebih 'emas' dan harusnya menjadi salah satu finalis Indonesia Idol, akhirnya tampil juga di depan sana. Meski awalnya kerepotan menyesuaikan, tapi dia sangat memukau dengan lagu 'Terima kasih cinta'.
Asli, aku bawaannya pengen mundur..aja. Selain tidak siap, lagu yang aku kuasai tidak ada di daftar list karaoke milik Andika Band, band yang mengiringi acara pernikahan itu. Akhirnya aku memilih satu lagu yang familiar di telingaku, meski untuk itu aku harus mencatat liriknya dulu karena tidak hafal. Bolak-balik tanya teman-teman dan sesekali 'autis' di pojokan komat-kamit sendiri. Sampai akhirnya, aku pun berdiri di depan panggung kebesaran itu dan keningku berkerut menyadari ada yang tidak beres. Salah satunya,
Nadanya ketinggian.
Bukan dariku. Tapi dari lagunya.
Aku minta sang pemegang keyboard menurunkan nadanya, tapi yang aku rasakan, dia malah menurunkan temponya.
Aku menggeleng. Protes.
Tapi entah kenapa, nadanya masih ketinggian.
Aku mencoba menyesuaikan. Tapi suaraku justru makin tak terdengar. Aku protes lagi. Sementara dalam hati aku menyadari, aku tidak akan 'selamat' kali ini.
Rasa panik, malu, resah, gelisah, jengkel berkecamuk dalam dada. Aku butuh pertolongan. Dan aku masih berterima kasih karena Mbak Novi, malaikat laguku, membantuku tetap bernyanyi apapun yang terjadi lewat tuntunan gerak bibirnya.
Meski pada akhirnya , tetap,
aku masih merasakan sang pemegang keyboard hanya menurunkan temponya. Dan sound systemnya terlalu keras. Dan waktu terus berjalan. Dan aku harus tetap menyanyi meski suaraku hampir tidak dapat didengar. Dan keringatku mulai bercucuran kala aku menyadari bahwa 'pertunjukan'ku kali itu gagal..total..bubar..jalan..
*Saran untuk para penyanyi pemula di seluruh Indonesia :
Pertama. Kalau tidak hafal lirik dan tidak yakin dirimu sudah siap, mending jangan mengajukan diri untuk tampil di atas panggung manapun, meski cuma setingkat RT. Ini menyangkut kepercayaan diri dan biar gak malu-maluin.
Kedua. Check kondisi mic. Apakah terpasang dengan normal. Atau nggak sengaja kepencet 'off' hingga kita seperti beradegan pantomim disitu.
Ketiga. Pelajari sendiri kondisi sound system dan gelagat band yang akan mengiringimu bernyanyi nanti. Dan kalau misalnya oke, tapi ternyata sang pemegang keyboard tidak bisa menyesuaikan nada suaramu, alias 'cuma pasang disket' aja, beeee, mending gak usah deh ya. Daripada malu-maluin diri sendiri..
Keempat. Last but not least. Meski cuma nyumbang lagu, latian itu penting banget. Biar apapun yang terjadi, suara 'luar'mu tetap bisa sedikit mengendalikan situasi dengan baik dan yang pasti..nggak malu-maluin...
Tapi, kalau saran untuk diri sendiri :
Na...mending aku pulang aja deh, gih..cuci tangan..cuci kaki..ganti baju..bobo di balik bantal gede..tenggelam ke bumi dan memikirkan seandainya suatu hari nanti aku bisa menyayangi kucing sepenuh hati..
* * *
Siang semakin tinggi menyengatkan cahayanya. Sahabatku dan suaminya masih melayani tamu undangan untuk bersalaman dan berfoto bersama di panggung itu. Aku duduk di sederetan bangku sembari menikmati hidangan bersama para sahabatku *minus Nurul yang ke jakarta*Miss U, Mak*,Ratih yang keluarganya banyak yang sakit*How are u, dear?Semoga lekas sembuh semuanya...kapan ketemu lagi..?*dan Rida *Masih kah dikau di Kudus..? where are you now, Da..?nomormu kenapa nggak aktif semua....:-(**.
Seorang laki-laki, Pram, sejak dari pertama melihatku, dia memang agak beraksi lebih terhadapku. Dia bertanya kabarku, pekerjaanku, segalanya* Suatu hari, dulu, kita memang pernah bertemu, but somewhere, I forgot..*Pram, yang ternyata masih ada hubungan saudara dengan Rifna, sahabatku yang menikah itu, pun bahkan sampai meminta foto diriku dengan kamera miliknya.
Teman-teman semangat menggodaku dengan menerimanya karena hampir seharian si Pram ini kelihatan sangat menguberku. Terutama Aini. Sahabatku satu ini seperti belahan jiwaku. Kami dulu sama-sama tomboi dan sama-sama punya masa lalu yang tidak begitu baik soal cinta. Bahkan untuk cerita terakhir masing-masing. Jadi, saat ada satu kumbang mendekati, semangatnya....ya Allah..^^
"Sudahlah, Na..", kata dia penuh dengan kalimat kebijakan, " terima aja (si Pram)..meskipun yah, agak-agak sedikit berisik, tapi it's oke..lumayan.."
Aku mesem kecut.
Sementara Aini terkekeh kegelian melihat mukaku.
* * *
Acara hampir selesai. Tamu-tamu undangan berangsur pulang. Aku masih duduk di kursi tamu, menunggu Aini dan Mbak Novi yang belum selesai sholat. Sampai kemudian Nenek, yang tadi berdiri dekat meja tamu dan sedang berbicara dengan Pram, kembali ke tempatku duduk dengan membawa berita yang membuatku mati-matian menahan tawa.
" Tau nggak, tau nggak*dalam bahasa jawa yang aku terjemahkan*, coba tebak yang ditaksir si Pram siapa ?"
Aku menegakkan punggung, mendengarkan. Aku tidak ingat yang duduk di sebelahku Mbak Novi yang sudah kembali atau si Rima, yang jelas temanku ini bertanya,
"Siapa, Nek *orang yang ditaksir Pram* ?"
Dan Nenek menjawab singkat, " Aini..."
Kami tertegun sejenak sampai kemudian,
" BWAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA !"
Masih diselingi tawa tak percaya, " Sumpe, NEK ?? Kok bisa-? Bukannya dari tadi nguber NANA !?"
" Iyaaa!! Itu lho dia nunggu di jembatan, mo minta nomer telponnyaaaaa Aini !!"
Dan aku cuma bisa menyumbang suara sambil membayangkan wajah Aini nanti, dengan, " Bwahahahahahahahahaha!"
* * *
" Ahhh, MOSOOOOOOOOOOOOOOOOK??", tanya Aini syock-curiga-gak percaya-dengan nada tomboi yang kumat.
" Dibilangin kok gak percaya..Itu lho ditunggu di jembatannnn..!", jelas Nenek meyakinkan. " Aku ini lho dipaksa ngasih nomer telponnmuuuuw!"
" Kan dari tadi naksirnya sama NANA! GAK MUNGKIN AH,", Aini menolak kenyataan.
“ Memang dibalik segala musibah itu ternyata selalu ada hikmahnya, Ni'.."
Semua orang menoleh sambil terkekeh. Aku meneruskan, " Mungkin setelah dia liat aku gak becus nyanyi, " teman-teman terkekeh lagi aku ngomong gitu, "jadi dia langsung ganti haluan nyari mutiara yang lain, Ni'.."
Aini semakin sepet hatinya. " Ah, moso tok..? Rak mungkin ah.."
" Beneraaaan, Ainnnnnnn..!!", cecar Nenek sedikit emosi. " Ditungguin di jembatan itu looooooooh !!
Aku menambahi dengan kata bijaknya yang persis seperti yang dia ucapkan, " Sudahlah, Ni'..Terima aja. Yah.....meski agak-agak sedikit berisik, tapi it's okelah..lumayan..," dan kutambahi, " Aku ikhlas lahir batin kok..."
Semua orang ketawa gak berhenti-berhenti. Sementara Aini mesem kecut banget sambil bilang, " Asem."
* * *
Kami sudah mau pulang. Rifna yang baru saja turun dari panggung pelaminan dan masuk kamar untuk berbenah bersama suaminya, kami kerubuti dengan girangnya.
" Bentar ya, Mas..," ijinku pada Kang Masnya yang menyingkir teratur, mewakili semua.
" Oh, gakpapa, " katanya sambil tersenyum, menyingkir teratur.
Kami lalu mengeroyok dan berbincang gak penting, sampai ada yang mengawali minta kembang melati yang tersusun cantik di samping jilbabnya.
" Minta dong, Naaaaaaaaaa..."
" Aku jugaaaaaa..."
" Eh, mana ! Mana !"
" Gunting ! Gunting !"
Aku ikutan ngambil, " terus diapain ?"
" Biar cepet dapet jodoh katanya...", Rifna menjelaskan.
" O..."
" Kalian masih pada punya IMAN gak seeeeeeh ?! Masa pada percaya gituaaaaaaan ?!?", Nenek memarahi kami semua.
" Gak ada niat buat gituan kok, Nek...Kita tetep percaya kalo jodoh di tangan Allah bukan iniii," bela Mbak Novi, "buat wangi-wangian ajaaaa..gak lebiiiiiiiih...,"
Lainnya. " Iya.."
" Sama.."
" Aku juga nggak ngerti kenapa harus ngambil, cuma ikut-ikutan,"
Dan secara tiba-tiba, Nenek bilang, " Akooo juga maooooo dooong!"
Langsung kulempar bunga melati itu ke arahnya. Semua orang ketawa dan memassa dia.
* * *
Kami pulang kembali ke Semarang dan meninggalkan Rifna yang sedang sangat berbahagia hari itu. Selalu saja ada cerita tak terduga yang kami alami saat bersama, meski dalam perjalanan satu hari itu mereka bilang bahwa aku telah banyak berubah..
Ah, tidak teman..aku tetap seperti dulu, yang selalu cepat sedih, selalu merasa gak berguna dan tak punya arti apa-apa tanpa kalian di sisiku..
Terima kasih untuk semuanya..semoga suatu hari nanti kita bisa bersama dan ketawa lagi, dan bercanda lagi, berbagi sedih lagi, berbagi tawa lagi..Sementara, kita harus hadapi lagi hari, seorang diri...:-)
~ Dedicated to : 'Geng Ijo'dan Rima..
love u all..miss u all..fotonya cepat di kirim gih, Na..
psst..girls, bentar lagi kita jadi tante-tanteeeee..hehehehe^^
ariefkurni wrote on May 22, '09
Tante rana..
|
ariefkurni wrote on May 22, '09
Tante rana..
|
ninelights wrote on May 22, '09
Napa manggil-manggil..Mau minta permen yah..dah abiz tuh dek..es batu maw^^?
|
ariefkurni wrote on May 22, '09
Es krim aja deh tant :p
|
ninelights wrote on May 22, '09
nee..*nyodorin
mangkuk kecil* tunggu dulu disini ya..nanti kalo saljunya udah turun,
bilang ma Tante yah..nanti tante kasih taburan nata de coco sama meses
ceres ..^^
|
ninelights wrote on May 22, '09
@Mas Alex : he...he...he..jadi maluw akuuw..*nutup muka rapat-rapat*
@Mas Peng : teeerrriiimmmaaa kaaaasiiihhh,Maaas Peeeeennnggg..^^tapi Mas Peng tetep lbh kereen tulisannyaaaah koook.Inspired me..:-) |
rudyprasetyo wrote on May 22, '09
Bagussss..enak bacanya...
|
ninelights wrote on May 22, '09
@Mas Rudy : trima kasih,Mas..:-)Minta tolong jgn di graus lg semangkanyah yah..ampun..;-p
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar