My Funny Neighbourhood | for Rana's network |
Aku
punya tetangga. Laki-laki. Dia sudah tua, sekitar tujuh puluh tahun. In
almost everyday, aku bisa melihat kalau dia masih kuat untuk bekerja
dan membawa beban berat. Dulu aku juga menyaksikan kalau dia mampu
memperbaiki dan mensemen rumahnya sendiri yang kemudian dihuni bersama
anaknya yang sudah punya keluarga dan tiga anak.
Telinganya
tuli. Kesimpulanku, karena dia dulu terkena ledakan bom saat berjuang
melawan Belanda. Tapi anaknya bercerita kalau hal itu terjadi karena dia
terkena kecelakaan, jatuh dari becak dan masuk selokan. Tapi mungkin
informasi terakhir itu untuk istrinya yang terbaring berhari-hari dan
tidak bisa apa-apa, sebuah kisah lain yang menghiasi perjalanan hidupnya
sampai sekarang*gila, bahasanya..hehe*
Menurut
kakek itu sendiri, mungkin suaranya tergolong biasa saja. Tapi bagi
kami, suaranya jelas sangat stereo dan surround sound(hehe), jadi ketika
kami dibelakang rumahpun, pasti tertawa-tawa geli mendengarnya. Dari
SMP sampai kuliah, aku sering menyimak dia berceloteh dengan orang
tentang dirinya sendiri (kadang aku kasian sama orang yang diajak
biacara, kayak ketiban apes karena disahutin kayak gimana, kalau gak
bernada kayak menjerit, dia nggak bakalan bisa denger..hehehe). Kadang
dia bercerita kalau dia masih ada kerabat dengan Pak Sukarno, presiden
pertama kita. Dia juga bercerita pernah berjalan kaki dari Semarang ke kota
Jogja seorang diri. Atau, yang parah, saat dia sedang asyik
mendendangkan sebuah lagu ‘Nona manis..dari kampong layur..*yang bait
terakhir kurang jelas terdengar, pitch controlnya gak bagus sih..hehe*
tiba-tiba ngomong mesum atau guyonan ngeres yang membuat aku bengong.
Hehe.
Dulu
aku juga pernah *ketiban apes, hehe*, diajak ngobrol sendirian sama si
kakek. Waktu itu dia curhat kalau hampir seluruh petak tanah yang kini
ditempati tetangga yang kebetulan kaya, adalah miliknya sendiri, tapi
lalu direbut oleh mereka. Tapi begitu yang diomongin terlihat datang dan
turun dari mobil, si kakek buru-buru menyanjung mereka, dan lalu ngacir
masuk ke rumah.
Kadang
aku merasa, dulu masa mudanya mungkin dia seorang pembual yang keras
kepala. Atau mungkin benar pejuang yang ikut merebut tanah air tapi
punya karakter pembual dan keras kepala. Atau, bisa jadi, dia berkeras
hati memperjuangkan haknya demi membela tanah air dengan membual*ah,
opini terakhir kelihatannya terlalu kejam yah..maap*. Tapi saat aku
mendapati dia sedang bercanda dengan cucunya, Candra, dan mengusap-usap
kepalanya sewaktu si cucu mengantuk. Membantu anaknya memotongi daun
pisang untuk dibuat membungkus tempe
yang akan dijual esok pagi. Atau saat-saat dulu istrinya hanya bisa
terbaring dan dia yang dengan setia merawatnya (selain anak-anaknya).
Mencucikan jariknya, menjemurnya disamping rumah, menemani sisa hidupnya
yang kembali ke masa kecil, membersihkan ompolnya yang bau pesing,
menyuapi tanpa ada keluh di bibirnya, sampai kemudian si istri menutup
usianya sekitar dua atau tiga tahun yang lalu,
Aku
akhirnya tahu, dia seorang penyayang yang hanya mencoba bertahan hidup
karena kesepian, tanpa ada yang bisa diajak berbagi..(tapi kenapa ya,
saat simpatiku ini muncul, si kakek malah terkesan terlalu giras padaku
sehingga kalau mengajak bicara, sambil agak mau mukul-mukul
gitu..waduh..bubar deh..bubar..hehehe)
ninelights said
![]() ![]()
Seperti kisahku ya, Na.... Hwahahahahahahahahaaha! *ketawa ngakak gak bisa berhenti*
Kalo Nana sedang OL, artinya memang sedang tidak ada kesibukan yang berarti ya...Hihihihi! |
ninelights wrote on Jul 24, '08, edited on Jul 24, '08
Dia
juga yang memelihara kucing yang didepan rumah..pernah liat
kan..?hm..aku jadi bingung gmn menerjemahkan karakternya bapak ini..but
basically, he's nice person..ya, mungkin cuma kesepian aja..gak ada yang
peduli..maybe, including me..(tanpa bermaksud jahat)
|
ninelights wrote on Jul 25, '08
julianawa said
![]() ![]()
Iya..yah..hah..kakek yang malang..teringat dulu ketika beliau rajin sholat, tapi bacaannya gak berurutan semua..hah..kasian..
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar